Sepakan

SEA Games 1991: Bukti Timnas Indonesia Hanya Perlu Fisik dan Mental yang Kuat Untuk Juara

3900
×

SEA Games 1991: Bukti Timnas Indonesia Hanya Perlu Fisik dan Mental yang Kuat Untuk Juara

Sebarkan artikel ini
Juara SEA GAMES 1991 Timnas
DODDY M GURNING/BOLA

TIMNAS.CO – Filipina kembali menjadi tuan rumah ajang multi event dua tahunan 1991.

Ajang ini dibuka lewat seremoni penuh warna pada tanggal 24 November 1991 dan ditutup pada tanggal 3 Desember 1991.

SEA Games kali ini berlangsung amat ketat, Indonesia dan Filipina saling salip memperebutkan gelar juara umum.

Gelar juara umum harus ditentukan dalam pertandingan terakhir cabang olahraga marathon putri. 

Tim maraton putri Indonesia berhasil menyabet emas dan mengamankan posisi Indonesia sebagai juara umum dengan koleksi 92 emas. Hanya terpaut satu saja dari Filipina di tempat kedua.

Dan sesungguhnya, juga punya andil dalam menentukan gelar juara umum tersebut lewat raihan medali emas cabang olahraga sepak bola.

Sayangnya, hingga kini medali emas itu masih menjadi medali emas terakhir sepak bola di ajang SEA Games.

Sudah menjadi lagu lama jika suporter dan pemain Timnas Indonesia selalu banyak maunya. 

Suporter mendesak PSSI agar merekrut lagi pelatih asing. Karena pelatih lokal yang sudah-sudah dinilai gagal meski Bertje Matulapelwa berhasil memberi emas pada SEA Games 1987.

PSSI lantas menunjuk Anatoli Polosin, pelatih Rusia kelahiran Uzbekistan untuk melatih Timnas Indonesia dalam ajang SEA Games 1991.

Publik riuh. Kenapa dari Rusia? Kenapa bukan dari Belanda atau Jerman seperti yang sudah-sudah?

Pemain juga banyak maunya. Mereka mengeluhkan latihan fisik keras ala militer Soviet yang diterapkan oleh Polosin.

Hasilnya Ansyari Lubis dan Fakhri Husaini kabur dari Pelatnas. Dan terpaksa dicoret karena tindakan indisipliner tersebut. Hal yang kemudian disesali oleh mereka berdua.

Sifat manja ini rupanya diturunkan ke junior-juniornya. Lihat saja saat Timnas Indonesia dilatih oleh Wim Rijsbergen. Banyak yang ngambek dan menolak ikut latihan.

Kali ini Shin Tae-yong juga disiplin minta ampun. Makan saja harus dijaga. Dan ada saja pemain yang mengeluh.

Padahal sifat pantang menyerah dan siap melakukan apa saja demi kejayaan Garuda di dada sudah ditunjukkan oleh para pemain yang memilih bertahan dengan pola latihan keras era Anatoli Polosin. Hasilnya jelas: prestasi.