“Arhan adalah pemain yang bahkan tidak dipilih untuk tim kelompok usia sampai saya memilihnya. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa saya menemukan mutiara di dalam tanah. Arhan tulus dan tidak berprinsip,” kata Shin Tae-yong dikutip dari Suara.com
Kisah Pratama Arhan ini mengungkapkan perbedaan standar antara sepak bola di Indonesia dan Jepang. Meski sudah membuktikan diri sebagai pemain kunci di level internasional bersama Timnas, tantangan dalam meraih kesuksesan di klub luar negeri terus menjadi misteri. Industri sepak bola Jepang menuntut standar tinggi dan persaingan yang tak kenal ampun, dimana setiap pemain harus membuktikan diri di skuad terbaik.
Situasi yang dihadapi Pratama Arhan juga mengusik luka emosional dalam dirinya dan para penggemar sepak bola Indonesia. Kekecewaan dan rasa ketidakadilan yang terpancar dari hati Arhan nampak tergambar jelas.
Namun Arhan punya satu mantra sebagai solusinya, “The commitment to go above & beyond” atau komitmen untuk melampaui batas yang diharapkan atau yang biasa dilakukan. Setidaknya itu ungkapan yang ditulis di instagramnya saat mengenakan jersey Tokyo Verdy.
Masa depan Arhan masih dipenuhi tanda tanya. Apakah ia akan terus berjuang dalam upayanya meraih tempat di Tokyo Verdy, atau mencari peluang baru di klub lain? Hanya waktu yang akan membuka pintu jawabannya.
Lemparan jauh Pratama Arhan hanya tak berguna bagi Tokyo Verdy namun telah membuka mata publik sepakbola dunia dan amunisi berguna bagi Timnas Indonesia.
Ada satu hal yang pasti, Pratama Arhan tetap menjadi harapan para penggemar sepak bola Indonesia yang mendambakan kesuksesan dan pengakuan layak bagi sang bintang muda “'El Loco de los Laterales – orang gila di tepi lapangan”.
