Sepakan

Menghilangnya Para Pemain Afrika di Liga 1

392
×

Menghilangnya Para Pemain Afrika di Liga 1

Sebarkan artikel ini
Pemain Afrika dari di Liga 1

Padahal, pernah menjadi raja di kompetisi . Bahkan Indonesia pernah kedatangan legenda Kamerun, Roger Milla, yang sempat membela Pelita Jaya.

Indonesia memang menjadi surga bagi para pemain Afrika. Tapi hal ini hanya berlaku pada pemain berusia rentang usia 27 tahun hingga 30 tahun ke atas. 

Biasanya pemain ini sudah tidak mampu mengembangkan potensinya. Untuk bermain di Eropa jelas sulit. Kembali Ke negaranya tentu saja bisa. Namun bayarannya tentu jauh dengan di Indonesia. 

Pemain Afrika yang pernah bermain di Indonesia sendiri mengakui, gaji di Indonesia sudah lebih dari cukup untuk menghidupi mereka dan keluarga mereka di Afrika sana. Masih ingat bagaimana kisah Nana Onana yang membeli perlengkapan sepak bola untuk adiknya, Andre Onana, sewaktu bermain di Persikad Depok?

Namun entah kenapa jumlah pemain Afrika di Indonesia menurun drastis. 

Salah satu penyebabnya bisa jadi karena kebutuhan tim. Pelatih biasanya mencari pemain sesuai kebutuhan dan skill. Masalah asal dari mana bisa diurus belakangan.

Selanjutnya adalah masalah perizinan. Saat ini sangat sulit untuk mendapatkan visa kerja bagi pemain Afrika. 

Klub harus menelusuri dengan detil asal-usul si pemain. Segala dokumen juga harus lengkap. 

Salah satu penyebabnya banyak warga Afrika yang datang sebagai turis kemudian malah yang overstay. Ditambah lagi, imej warga Afrika makin buruk setelah banyak oknum warga Afrika yang tertangkap sebagai pengedar narkoba. 

Kemudian masalah pencurian umur. Banyak klub yang tertipu dengan dokumen palsu tentang asal usul dan tanggal lahir si pemain. Bahkan klub Eropa juga ikut kecolongan. 

Dan terakhir, yang menjadi perhatian adalah masalah human trafficking atau perdagangan manusia.

Banyak pemain Afrika di bawah umur yang di jual ke negara-negara Asia bahkan Eropa. 

Mereka dipaksa untuk menandatangani kontrak, kemudian hidup layaknya budak. Uang gaji mereka dipotong habis-habisan oleh para agen nakal, manajemen klub, dan tentunya gembong perdagangan manusia.