TIMNAS.CO – Dulu di stasiun televisi swasta pada malam hari ada acara namanya Celebrity Deathmatch. Acara tarung gulat antar selebritis dunia yang disajikan dengan gaya claymation atau animasi dari tanah liat.
Mirip acara anak-anak Shaun the Sheep. Tapi tak seperti cerita tentang si domba yang saban Idul Adha itu dijadikan meme, acara Celebrity Deathmatch ini penuh dengan kekerasan.
Makanya acara ini ditujukan untuk orang dewasa. Sekarang acara ini sudah tak ada lagi. Dan mengingat tabiat komisi penyiaran yang hobi mem-blur tayangan Spongebob dan Doraemon, saya rasa acara macam ini akan sulit tayang lagi.
3 hari lagi Kongres Luar Biasa PSSI akan dimulai. Arena ring untuk bertarung sudah disiapkan. Gong-nya sudah bergema dari jauh hari.
Meski ada beberapa nama yang akan bertarung, namun hanya ada dua calon kuat yang akan berdarah-darah di ring KLB PSSI dalam memperebutkan sabuk juara Ketua Umum PSSI.
Mereka adalah La Nyalla Mattalitti dan Erick Thohir.
Dari sudut biru, La Nyalla Mattalitti adalah muka lama di kancah sepakbola Indonesia.
Jam terbangnya terbilang tinggi. Dan seperti kebanyakan orang yang terlibat dalam sepakbola di Indonesia, La Nyalla juga terjun di dunia politik.
La Nyalla adalah ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia.
Bagi sebagian orang, La Nyalla adalah lakon utama dalam dagelan bertajuk dualisme PSSI.
Dalam memenangkan duel, La Nyalla sudah mempersiapkan 7 program yang akan direalisasikannya jika terpilih menjadi ketua.
7 program itu antara lain peningkatan kualitas pemain, pelatih, wasit. Lalu meningkatkan profesionalitas klub, membentuk liga yang progresif, peningkatan kualitas Timnas, mengembangkan bisnis sepakbola, keuangan yang stabil, dan menjadikan sepakbola sebagai industri.
Menarik? Tentu saja. La Nyalla juga sudah menandatangani surat bermaterai mengenai janjinya, memberi subsidi 1 miliar untuk setiap Asprov jika dirinya terpilih.
La Nyalla sudah merasakan pahitnya terkapar di kanvas ring dalam perebutan sabuk juara ketua umum PSSI periode 2019-2023. Tentu La Nyalla tidak mau kejadian tersebut terulang.
Sementara di sudut merah ada Erick Thohir. Taipan Indonesia ini punya aset bisnis di mana-mana. Dan sama seperti La Nyalla, Erick juga terlibat dalam politik. Saat ini Erick menjabat sebagai Menteri BUMN.
Kiprah Erick di dunia olahraga tergolong panjang dan lama. Erick lebih dulu terkenal dalam dunia basket. Klub basket NBA Philadelphia 76ers pernah dibeli sahamnya.
Di tanah air, Erick-lah yang membesarkan klub basket Satria Muda.
Kemudian Erick melebarkan ekspansinya ke sepakbola. Yang paling bikin geger tentu saja saat Erick Thohir menggantikan peran Massimo Moratti di Inter Milan setelah sebelumnya membeli saham mayoritas klub peserta MLS, DC United.
CV Erick di dunia olahraga cukup mentereng. Mulai dari menjabat sebagai ketua umum PERBASI hingga SEABA.
Dalam mempersiapkan kemenangannya sebagai ketua umum PSSI, Erick mengobral janji akan mengembalikan lagi Liga 2 dan Liga 3 yang dihentikan. Lalu mengejar ketertinggalan dari negara lain, membenahi kompetisi, meningkatkan kesejahteraan wasit, dan berjanji akan menerapkan VAR di kompetisi sepakbola Indonesia.
Akankah Erick berhasil merebut sabuk juara ketua umum PSSI?
Sebenarnya apa yang dijanjikan oleh dua petarung tadi kurang lebih sama. Pembenahan kompetisi, peningkatan kualitas, dll, dll. Sama seperti janji-janji manis terdahulu. Masalahnya, apakah janji tersebut akan direalisasikan.
Dan dalam pandangan saya, pertarungan La Nyalla vs Erick Thohir bagaikan pertarungan kaum keras melawan kaum elit (menurut pandangan mereka sendiri dan sebagian orang).
Saya sendiri tidak terlalu tertarik mengikuti pertarungan keduanya. Sebut saya pesimis, tapi saya rasa banyak juga yang ada di posisi saya.
Tapi saya tetap berharap, siapapun yang menang akan merealisasikan janjinya. Dan menjauhkan sepakbola dari intrik politik yang tidak perlu. Sepakbola Indonesia maju adalah harapan banyak orang.
Yah, tunggu saja 3 hari lagi.
