Sepakan

Kontroversi Pelarangan Suporter Tandang di Liga 1: Kebijakan yang Mirip dengan Cara Margaret Thatcher yang Benci Sepak Bola

240
×

Kontroversi Pelarangan Suporter Tandang di Liga 1: Kebijakan yang Mirip dengan Cara Margaret Thatcher yang Benci Sepak Bola

Sebarkan artikel ini
Pelarangan Suporter Tandang
Getty Images

Dan akibat kebijakan Thatcher dalam memprivatisasi perusahaan negara, banyak pekerja yang menganggur. Dan mereka melampiaskan segala kekecewaan mereka ke sepak bola.

Saat Thatcher berkuasa, ada tiga tragedi besar sepak bola: kebakaran di Valley Parade, stadion milik klub Bradford yang menewaskan 59 pada 1985, kerusuhan suporter Luton Town pada 1985, Tragedi Heysel 1985, Dan puncaknya Tragedi Hillsborough 1989.

Saat terjadi Tragedi Heysel yang mengakibatkan seluruh klub mendapat hukuman dari UEFA berupa larangan bermain di kompetisi antar klub UEFA, Thatcher malah mendukung keputusan tersebut.

Selain itu Thatcher juga mengeluarkan peraturan bagi seluruh suporter untuk memiliki kartu identitas khusus sebagai akses masuk ke stadion. Ini membuat klub kehilangan potensi untuk menjaring suporter baru. Bahkan sama seperti sekarang di Indonesia, suporter tandang juga dilarang datang.

Bagi Thatcher dan para pemangku kebijakan di Indonesia saat ini, suporter hanyalah sumber kerusuhan. Seluruh kejadian kerusuhan yang ada di stadion adalah ulah suporter. Titik.

Mungkin sebagai suporter tidak akan lupa bagaimana saat mereka datang ke Jakarta untuk menyaksikan laga semifinal Liga Indonesia 1999, malah dibawa ke markas Brimob di Kelapa Dua bukan ke Senayan sehingga mengakibatkan bentrokan di Lenteng Agung.

Sekarang pun sebenarnya suporter masih saja disalahkan atas segala kejadian yang ada. Namun herannya, suporter pula yang terus-terusan diperas uangnya.