Yugoslavia U-21 berhasil dibawanya melaju hingga ke babak semi-final Piala Eropa U-21 tahun 1980 dan berhasil mempersembahkan medali perunggu bagi Yugoslavia U-23 pada Olimpiade 1984.
Salah satu pelatih yang juga punya rekam jejak mentereng bersama Timnas negara kelompok umur negara lain adalah Luis Milla.
Sebagai mantan pemain, Luis Milla punya koleksi tiga gelar La Liga. Satu bersama Barcelona, dan dua bersama Real Madrid. Serta 3 gelar Copa del Rey bersama Barcelona, Real Madrid, dan Valencia.
Petualangan Luis Milla dimulai saat menukangi Timnas Spanyol U-19 pada kejuaraan Piala Eropa U-19 2009 di Ukraina.
Spanyol U-19 saat itu diperkuat oleh David de Gea, Thiago Alcantara, Sergio Canales, Nacho, serta Marcos Alonso.
Sayang Spanyol U-19 gagal lolos dari fase grup karena kalah bersaing dengan Serbia dan Prancis. Namun dirinya masih dipercaya menangani Spanyol U-19.
Barulah pada Piala Eropa U-19 2010, Luis Milla berhasil membawa Spanyol menjadi runner up setelah kalah dari Prancis yang diperkuat oleh Antoine Griezmann serta Alexandre Lacazette.
Uniknya, dalam Piala Eropa U-19 2010, Spanyol asuhan Luis Milla berhadapan dengan Portugal U-19 yang diperkuat Evandro Brandao yang kini memperkuat RANS Nusantara.
Luis Milla akhirnya berhasil membawa Spanyol U-21 juara Piala Eropa U-21 tahun 2011. Saat itu tidak ada yang tahu jika kelak Luis Milla akan menjadi pelatih Timnas Indonesia pada 2017-2018 dan kemudian menjadi pelatih Persib Bandung.
Hal serupa juga dialami oleh pelatih Timnas Indonesia saat ini, Shin Tae-yong.
Tidak ada yang menyangka jika pelatih yang mampu membawa Korea Selatan mengalahkan Jerman 2-0 pada Piala Dunia 2018 kemudian bisa menjadi pelatih Timnas Indonesia.
Kiprah Shin Tae-yong tidak hanya di situ. Shin Tae-yong mengikuti jejak Ivan Toplak yang pernah menjadi pelatih di ajang Piala Dunia U-20.
Shin Tae-yong merupakan pelatih Korea Selatan U-20 saat berlaga di Piala Dunia U-20 2017. Kiprahnya lebih baik dari Ivan Toplak.
Dan entah kebetulan atau tidak, Korea Selatan yang dilatih oleh Shin Tae-yong satu grup bersama Argentina. Persis seperti apa yang dialami Ivan Toplak pada Piala Dunia U-20 1979.