Sepakan

496 Tahun Jakarta: Persija, Gubernur Setingkat Presiden, dan Perjalanan Sepak Bola Indonesia

289
×

496 Tahun Jakarta: Persija, Gubernur Setingkat Presiden, dan Perjalanan Sepak Bola Indonesia

Sebarkan artikel ini
496 Jakarta dan Sepakbola Indonesia
Foto: Situs Pemprov DKI Jakarta

Jakarta dan Persija adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat Pat Kay yang setia menemani Son Go Kong dalam mengawal Biksu Tong dalam perjalanan mencari kitab suci. 

Mungkin Jakarta itu Pat Kay, Persija adalah Son Go Kong, Biksu Tong adalah . Dan kitab suci ibarat sebuah prestasi.

Jadi Jakarta dan Persija selalu mengawal sepak bola Indonesia menuju prestasi. 

Tanpa mengecilkan peran kota atau daerah dan klub lain di Indonesia, tidak bisa dipungkiri jika memang Jakarta dengan Persija-nya menjadi urat nadi dalam sepak bola Indonesia.

Bicara soal Persija, klub ini umurnya lebih tua dari . Dan menjadi wadah perjuangan kaum pribumi agar bisa mendapatkan hak yang sama dalam bermain sepak bola.

Dari Persija lahir legenda Timnas Indonesia seperti Tan Ling Houw, Soetjipto Soentoro, Anjas Asmara, Rully Nere, hingga Bambang Pamungkas. Dan kini masih rutin melahirkan pemain muda berbakat. 

Sementara Jakarta adalah pusat ekonomi dan pemerintahan. Di Jakarta pula sejak masih awal bernama Batavia, budaya bermain sepak bola dari di tangsi-tangsi militer di mulai. Dan di Jakarta, berdiri stadion megah kebanggaan Indonesia: Stadion Utama GBK.

Jabatan Gubernur Jakarta adalah jabatan prestisius. Bahkan dianggap sedikit di bawah jabatan Presiden. 

Dalam sejarahnya, hanya ada 6 Gubernur Jakarta yang menjadi saksi Persija menjadi juara.

Yang pertama adalah Gubernur Sudiro pada 1954-1954. Lalu berlanjut ke Gubernur Soemarno pada tahun 1964. Namun sedikit catatan tentang kedua Gubernur tersebut yang berhubungan dengan sepak bola.

Lalu ada Ali Sadikin. Pada 1971-1973 dan 1973-1975. Ali Sadikin termasuk Gubernur yang menggemari sepak bola. Bahkan sebelum ada Piala Emas Bang Yos, sudah lebih dulu ada Piala Bang Ali pada tahun 1977.

Ali Sadikin kemudian menjadi selepas tidak menjabat lagi sebagai Gubernur. 

Setelah Ali Sadikin, Jakarta dipimpin oleh Tjokropranolo. Mantan pengawal Jenderal Sudirman ini dibilang hanya sibuk mengurusi yayasannya saja setelah menjadi Gubernur Jakarta, yakni Yayasan Bhakti Yudha.