News

Polri Sebut Gas Air Mata pada Tragedi Kanjuruhan Kadaluarsa

89
gas air mata pada tragedi kanjuruhan
AP Yuda Prabowo

Timnas.co mengungkapkan fakta baru di balik Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober lalu. Polri menyebut ada kadaluarsa yang dipakai saat berlangsung.

Polri sendiri telah mengakui bahwa pihaknya telah menggunakan gas air mata untuk meredam kondisi di lapangan.

Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, mengatakan pihaknya masih berusaha mengetahui jumlah pasti gas air mata.

“Ada beberapa yang ditemukan tahun 2021, saya masih belum tahu jumlahnya, tapi ada beberapa,” kata nspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo dilansir dari Antara, Senin (10/10/2022).

Menurut Dedi, gas air mata yang sudah kadaluarsa tidak begitu berbahaya. Alasannya karena gas air mata kadaluarsa telah berkurang efektivitasnya.

Dedi pun menggunakan logika terbalik seperti makanan. Artinya, makanan yang kadaluarsa kadar bahayanya meningkat, sementara gas air mata tidak.

“Ini kimia, beda dengan makanan. Kalau makanan ketika dia kadaluwarsa maka dia itu ada jamur, ada bakteri yang mengganggu kesehatan,” ujar Dedi.

“Kebalikannya dengan gas air mata ini, ketika dia kadaluwarsa justru kadar kimianya itu berkurang. Sama dengan efektivitasnya,” sambungnya.

Tidak mematikan

Dedi menambahkan, jika gas air mata biasa (belum kadaluarsa) pun tidak menimbulkan efek serius  terhadap kesehatan meski gas berada dalam konsentrasi tinggi.

“Gas air mata atau CS ini dalam skala tinggi pun tidak mematikan,” ujar Dedi.

Gas air mata diduga sebagai pemicu utama kepanikan massa di Stadion Kanjuruhan. Mereka yang panik itu kemudian terinjak-injak karena ingin segera menyelamatkan diri dengan cara keluar dari stadion.

Informasi penggunaan gas air mata kadaluarsa ini sampai juga di teling Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Menurut Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, informasi tersebut masih membutuhkan pendalaman serius.

“Iya jadi soal yang apa (gas) kedaluwarsa itu informasinya memang kita dapatkan. Tapi memang perlu pendalaman,” kata Anam, Senin (10/10). 

Dia pun menegaskan, bahwa pemicu utama atas tragedi Kanjuruhan tersebut yaitu gas air mata, yang membuat para suporter panik.

Exit mobile version