Sepakan

Kontroversi Pelarangan Suporter Tandang di Liga 1: Kebijakan yang Mirip dengan Cara Margaret Thatcher yang Benci Sepak Bola

239
×

Kontroversi Pelarangan Suporter Tandang di Liga 1: Kebijakan yang Mirip dengan Cara Margaret Thatcher yang Benci Sepak Bola

Sebarkan artikel ini
Pelarangan Suporter Tandang
Getty Images

Tampaknya rencana pembatasan kuota kandang pada musim 2023-2024 yang hanya dibatasi sebesar 50% saja sudah final. Selain itu, suporter tandang juga dilarang datang langsung.

Aturan ini jelas menimbulkan pro dan kontra di kalangan pecinta tanah air. Yang pro mengamini jika memang sekarang sebagai masa transisi, harus bertahap dulu. Apalagi suporter di Indonesia ini perlu edukasi lagi.

Dan yang kontra menganggap pembatasan ini hanyalah upaya cari aman saja. Dan malah menimbulkan ketidak percayaan terhadap sesama suporter itu sendiri.

Tapi mau bagaimana lagi. Keputusan sudah pasti final. Mau tidak mau suporter harus menerima keputusan tersebut. Apalagi ada bayang-bayang sanksi FIFA. Yang memang benar adanya atau memang ada tapi dipakai sebagai tameng untuk menakut-nakuti.

Dan tahukah anda jika pembatasan suporter yang datang langsung ke stadion ini mirip dengan sepak bola Inggris di bawah kepemimpinan Margaret Thatcher?

Sang Iron Lady sendiri adalah tokoh kontroversial. Terlahir dengan nama Margaret Roberts, Thatcher dibesarkan dalam lingkungan keluarga pedagang tembakau konservatif.

Lulusan Kimia Universitas Oxford ini menjadi anggota parlemen pada tahun 1959 dan menjadi Ketua Partai Konservatif pada 1975. Puncaknya, Thatcher terpilih sebagai Perdana Menteri pada 1979 setelah berhasil memenangkan pemilihan umum.

Selama menjadi Perdana Menteri, Thatcher mengeluarkan banyak kebijakan kontroversial. Diantaranya adalah privatisasi perusahaan negara dan membatasi serikat-serikat buruh.

Akibatnya, banyak terjadi demonstrasi yang berujung pada kerusuhan yang dilakukan oleh serikat-serikat buruh. Dan para buruh serta pekerja kerah biru inilah yang merupakan penggila sepak bola di Inggris.

Klub-klub Inggris sendiri memang awalnya dibentuk dari serikat buruh. Arsenal misalnya yang dibentuk oleh para buruh pabrik mesiu di Woolwich. Atau Manchester United yang dibentuk oleh para buruh pekerja kereta api.

Karena berasal dari akar yang keras inilah, budaya hooligans terbentuk. Meski kemudian menjadi salah kaprah.