Selain soal euforia perihal Indonesia penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023, rasa pesimis juga melanda hati pecinta sepak bola tanah air.
Persiapan yang dianggap sangat mepet yakni hanya sekitar kurang lebih 4 bulan. Meski FIFA sendiri sebenarnya masih belum merilis jadwal yang pasti. Hal tersebut juga dikonfirmasi sendiri oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.
Tapi lebih dari itu, rasa pesimis datang melihat strategi yang akan dilakukan oleh PSSI dalam menyusun skuat Garuda Asia, julukan bagi Timnas Indonesia U-17, dalam menghadapi Piala Dunia U-17 nanti.
PSSI akan melakukan seleksi pemain di 9 kota. Dan pada bulan Juli hingga Agustus 2023 diharapkan sudah memulai pemusatan latihan. Dilanjutkan uji coba ke luar negeri pada September hingga Oktober 2023.
Beberapa pecinta sepak bola memandang cara PSSI membentuk skuat Timnas Indonesia U-17 lewat seleksi untuk menghadapi Piala Dunia U-17 seperti menghadapi pertandingan amal. Bukan kompetisi tingkat dunia.
Menurut pandangan dan pendapat mereka, seleksi pemain bisa rawan terjadi kasus pencurian umur dan “pemain titipan”.
Hal yang disebut belakangan sepertinya bukan rahasia umum lagi mengingat bagaimana tabiat bangsa ini yang lebih mementingkan kepentingan kelompoknya.
Habis mau bagaimana lagi. Kompetisi kelompok umur yang berjenjang masih belum berjalan dengan baik.
Bahkan Elite Pro Academy baru dimulai setelah Piala Dunia U-17. Belum lagi Piala Soeratin yang masih menunggu kejelasan.
Saat ada pihak swasta mencoba mengadakan kompetisi kelompok umur secara mandiri, tiba-tiba dari PSSI sendiri yang mengirimkan surat agar jangan memantau bakat dari kompetisi yang tidak terafiliasi dengan PSSI.
Ditambah pecinta sepak bola yang ragu dengan kapasitas kemampuan Bima Sakti sebagai pelatih. Lisensi AFC Pro saja baru akan didapatkannya sekitar bulan Oktober 2023 nanti.
Kekalahan 1-5 di Pakansari atas Malaysia juga menjadi salah satu penyebab kenapa pecinta sepak bola masih tidak yakin dengan kemampuan Bima Sakti dalam meracik skuat.