Dalam periode Edy Rahmayadi misalnya, Luis Milla ditunjuk sebagai pelatih kepala. Walau tidak mengalami perubahan yang signifikan dan masih ada kesemrawutan dalam tubuh PSSI, tetap saja masih ada upaya untuk memperbaiki prestasi.
Lalu periode Mochamad Iriawan atau Iwan Bule. Beberapa program peningkatan prestasi tim nasional dicanangkan.
Seolah tidak mau kalah dengan pendahulunya, Iwan Bule bersama jajarannya lantas kembali berani memanggil pelatih kelas dunia, Shin Tae-yong untuk mengarsiteki tim nasional Indonesia. Piala AFF U-16 2022 berhasil diraih dalam masa kepemimpinan Iwan Bule.
Kini, jajaran kepengurusan PSSI yang baru ibaratnya hanya meneruskan tongkat estafet saja.
Maka sangat tidak etis jika menyebut pencapaian Timnas yang berhasil naik peringkat adalah hasil kerja keras mereka selama dua bulan dengan menyampingkan peran pemain, pelatih, klub, serta suporter yang terus-terusan tanpa kenal lelah mendukung.
Padahal dalam laga FIFA Matchday melawan Burundi pada Maret lalu, masih banyak catatan yang harus diperhatikan.
Jadwal laga yang bentrok dengan jadwal kompetisi liga, serta buruknya kondisi stadion yang dikeluhkan oleh Burundi bahkan oleh pemain Timnas sendiri.
Namun tampaknya, PSSI masih senang mengambil jalan populis ketimbang terobosan baru.
