Tidak tanggung-tanggung, Timnas Ekuador U-17 menguasasi sebanyak 94,3% jalannya laga! Tercatat, Timnas Ekuador berhasil lakukan 309 operan di area pertahanan Timnas Indonesia U-17. Sementara Timnas Indonesia U-17 sendiri hanya mampu catatkan 91 operan di area pertahana Timnas Ekuador U-17.
Pun begitu dengan jumlah crossing. Timnas Indonesia U-17 hanya mampu catatkan 4 kali crossing. Satu berhasil berbuah gol. Sementara Timnas Ekuador U-17 berhasil catatkan 48 crossing dengan satu berhasil berbuah gol.
Jumlah tendangan sudut yang didapat juga terbilang jomplang. Timnas Ekuador berhasil ciptakan 9 tendangan sudut sementara Timnas Indonesia U-17 sama sekali tidak mencatatkan satu tendangan sudut.
Dari bentuk serangan, tampak terlihat jelas bentuk serangan Timnas Ekuador jauh lebih berkembang, terutama dari final third. Pergerakan pemain, baik dengan bola ataupun tanpa bola jauh lebih fluid atau lebih mengalir ketimbang bentuk serangan Timnas Indonesia U-17 yang tampak tidak berani untuk melakukan umpan-umpan panjang dan lebih mengandalkan umpan pendek.
Masalah stamina dan minimnya waktu persiapan memang menjadi salah satu akar permasalahan Timnas Indonesia U-17 saat ini.
Mau menggodok stamina, sudah tentu persiapan taktik yang akan menjadi korban.
Tapi, hasil 1-1 pada laga pembuka harus diapresiasi. Apalagi nama Ekuador tidak bisa dipandang sebelah mata sebagai salah satu kekuatan besar di bagian selatan Amerika meski namanya tidak kesohor seperti Brasil, Argentina, Uruguay, atau Kolombia.
Terutama apresiasi bagi penjaga gawang Timnas Indonesia U-17, Ikram Al Giffari yang tampil cemerlang menjaga gawang Timnas Indonesia U-17 dalam gempuran Timnas Ekuador U-17.
Tidak hanya Ikram Al Giffari, Welber Jardim juga boleh dibilang tampil solid pada laga tersebut.
Yang pasti, hasil 1-1 ini boleh dibilang hasil yang bagus dan patut diapresiasi.
