Sepakan

Tidak Ada Yang Salah Dari Pernyataan Hokky Caraka Soal Masalah Pendidikan

214
Unggahan Hokky Caraka
instagram/hokkycaraka_

Tidak ada yang salah dengan pernyataannya itu. Apalagi datangnya dari mulut seorang remaja yang masih berusia 18 tahun. Namun namanya orang Indonesia, ramai-ramai diserang. Mereka membandingkan dengan Boaz Solossa yang berhasil meraih master, atau Yanto Basna yang bisa meraih gelar sarjana sambil tetap bermain sepakbola.

Tapi mereka agak kurang sadar, ada yang salah dengan pendidikan atlet di dunia. Khususnya Indonesia.

Untuk sepakbola sendiri, masalah pendidikan atlet masih sedikit tertinggal dari basket. NBA misalnya, mewajibkan tim untuk merekrut pebasket dengan status mahasiswa. Ini dilakukan agar setelah pensiun, atlet tersebut bisa memanfaatkan gelar diplomanya untuk pekerjaan lain.

Dengan pendidikan pun, diharapkan atlet basket mampu mengatur penghasilannya. Karena sebelumnya, cukup banyak pebasket yang jatuh bangkrut karena tidak mampu mengatur penghasilannya karena kurangnya pendidikan.

Di Amerika Serikat sendiri, meski basket memang awalnya diciptakan di kampus, tapi populer di kalangan bawah. Khususnya warga Afro-Amerika.

Sementara bagi pesepakbola, pendidikan tinggi adalah soal pilihannya sendiri. Namun cukup banyak pesepakbola profesional yang mampu menyelesaikan pendidikan tingginya sembari bermain sepakbola. Semua sudah dipermudah.

Selain itu, untuk pendidikan dasar sudah menjadi perhatian di luar. Jepang misalnya setiap tahun kompetisi sepakbola antar sekolah selalu ramai. Bahkan ramai penonton. Para pemain amatir selain berharap bisa membawa sekolahnya juara, juga berharap bisa mendapatkan beasiswa dari kampus atau dari perusahaan. Semua dilakukan berjenjang.

Akademi sepakbola juga mewajibkan para pesepakbola junior untuk mendapatkan pendidikan. La Masia misalnya. Akademi milik Barcelona ini punya sekolah tersendiri. Lionel Messi berhasil menyelesaikan pendidikan dasarnya di sini.

Sayangnya untuk di Indonesia, hal ini masih belum terlalu menjadi perhatian. Memang diklat-diklat atau sekolah khusus atlet sudah cukup tersebar. Namun untuk beberapa orang, masih belum terjangkau. Jumlahnya juga belum terlalu banyak.

Exit mobile version