SCROLL UNTUK MEMBACA ARTIKEL
Sepakan

Perjuangan Gianluca yang Terluka

285
×

Perjuangan Gianluca yang Terluka

Sebarkan artikel ini
Gianluca Claudio Pandeynuwu
instagram/gianlucaclaudio31

Jika anda pernah menonton film dokumenter Cristiano Ronaldo yang berjudul “Ronaldo”, mungkin ingat dengan adegan CR7 yang tengah berbincang dengan sang anak di tempat tidur.

Sang anak ingin menjadi penjaga gawang jika kelak dia dewasa. Cita-cita tersebut langsung dipatahkan oleh CR7.

Menurut sang legenda, jadi penjaga gawang itu tidak keren.

Mungkin benar apa yang dikatakan oleh CR7. Coba berbagi pengalaman, saat kecil dulu bermain sepak bola bersama teman-teman, anak yang kurang cakap biasanya diberi peran sebagai penjaga gawang.

Sebenarnya peran tersebut masih lumayan dibanding dengan tidak diajak ikut main dan hanya menunggu di pinggir lapangan dengan mulut menganga macam pajangan barong.

Tapi sebagai pesepakbola profesional, CR7 tentunya sangat menyadari jika penjaga gawang bukanlah posisi yang mendapat sorotan.

Meski belakangan ini harga penjaga gawang semakin naik dan tidak kalah dengan posisi lainnya, penjaga gawang tetap merupakan profesi yang riskan.

Yang pertama tentu masalah cedera. Penjaga gawang harus siap mati menghadapi benturan demi benturan untuk menghalau bola masuk ke dalam gawangnya.

Dan yang kedua, penjaga gawang adalah posisi yang rawan mendapatkan kritik. Setiap kekalahan, yang pertama kali dituding sebagai biang masalah adalah penjaga gawang.

Kritik inilah yang kerap membawa dampak psikologis bagi penjaga gawang yang menjadi kambing hitam.

Tapi, meski betapa beratnya beban seorang penjaga gawang tidak mampu mengendurkan niat seorang .

Sebagai anak dari Hendra Pandeynuwu, penjaga gawang legendaris yang berhasil membawa Persmin Minahasa melaju hingga ke babak semi-final Liga Indonesia 2006, Gianluca bertekad mengikuti jejak ayahnya tersebut.

Apalagi dia menyandang dua nama penjaga gawang legendaris yang bertemu pada laga final Piala Dunia 1994: Gianluca Pagliuca dan Claudio Taffarel.

Gianluca Pandeynuwu juga punya tekad menambahkan namanya dalam daftar penjaga gawang asal Sulawesi Utara yang menjadi legenda di kompetisi sepak bola Indonesia.

Mulai dari Joice Sorongan, Jendri Pitoy, hingga ayahnya sendiri.

Penjaga gawang yang memulai karir di Piala Soeratin tersebut juga tahu betul, menjadi penjaga gawang di Indonesia sama juga dengan bertaruh nyawa. Sudah ada korban jiwa yang jatuh.

Dan hal tersebut juga hampir terjadi pada dirinya sewaktu masih berseragam Borneo FC. Gianluca mengalami benturan kepala sewaktu menghadapi Persija di GBK pada 2020 lalu.

Tapi rasa sakit dan luka di kepala rasanya tidak sebanding dengan luka di hatinya. 

Mantan penjaga gawang Timnas Indonesia U-19 ini dianggap sebagai biang keladi dari beberapa hasil buruk yang dialami oleh , klub yang dibelanya.

Pada pekan pertama saja, Gianluca sudah melakukan pelanggaran di kotak penaltinya sendiri yang berbuah hadiah penalti bagi Persebaya.

Dan pada laga kontra Madura United pada laga penutup pekan keempat hari Minggu, 23 Juli kemarin, lagi-lagi Gianluca melakukan blunder yang berakibat Persis Solo gagal pulang dengan poin di tangan dan untuk sementara berada di peringkat ke-14 klasemen sementara.

Banyak yang berkomentar jika Gianluca tidak pantas menjaga mistar Persis Solo.

Tapi justru kesalahan bukan mutlak karena Gianluca semata. Lemahnya barisan pertahanan serta tidak adanya penyeimbang di lini tengah, membuat Persis Solo mudah ditembus bagaikan mentega yang dipotong dengan pisau panas.

Belum lagi strategi terlalu berani yang diterapkan oleh pelatih Leonardo Medina.

Jadi rasanya tidak adil jika melimpahkan semua kesalahan kepada Gianluca Pandeynuwu semata meski secara statistik memang sudah 10 gol yang bersarang ke gawangnya.

Ibarat menyalahkan kemiskinan atas aksi premanisme yang kerap terjadi. 

Gianluca masih berusia 25 tahun. Untuk ukuran seorang penjaga gawang, usia ini terbilang masih muda. 

Pada musim lalu, Gianluca juga hanya berhasil catatkan 3 clean sheet dari 20 penampilannya dengan catatan kebobolan sebanyak 32 gol.

Sementara pada musim 2021-2022 sewaktu masih berseragam Borneo FC, Gianluca berhasil catatkan 7 clean sheet dari 23 penampilan dengan 22 kali kebobolan.

Dari sini sudah bisa dilihat, kesalahan bukan mutlak terletak pada Gianluca Pandeynuwu semata.

Yang pasti, Gianluca harus segera menghapus luka dan membungkam segala kritik dan cemooh meski kemungkinan besar tidak akan berjalan mulus.