Luis Enrique biasa memakai pola 4-3-3 menyerang yang mengutamakan sisi sayap untuk merangsek masuk lini pertahanan lawan. Ini bukan masalah besar.
Di Timnas, melimpah sayap yang punya kemampuan macam ini. Ada Yance dan Yacob Sayuri yang siap mengisi sisi sayap.
Stefano Lilipaly juga mumpuni dalam hal ini. Witan Sulaeman, Saddil Ramdani, serta Egy Maulana Vikri bisa menjadi pilihan. Bahkan Andik Vermansyah jika perlu.
Yang menjadi masalah, selain keras kepalanya, adalah Indonesia masih belum ada kiper yang mampu membangun serangan dari belakang. Kiper utama Timnas, Nadeo Argawinata mungkin akan langsung tersingkir oleh Luis Enrique.
Mauricio Pochettino
Dari semua nama, mungkin inilah yang paling cocok untuk Timnas. Bukan karena taktik atau apa. Tapi karena asal negaranya, Argentina. PSSI akhir-akhir ini sedang dilanda demam Argentina.
Kenapa hanya mengajak timnas Argentina untuk bertanding jika pelatih top Argentina ada yang sedang menganggur?
Pochettino sendiri kerap menerapkan formasi awal 4-2-3-1 namun bisa berubah menjadi 4-3-3 saat menyerang dan merubahnya menjadi 4-4-2 atau 4-1-4-1 dalam bertahan.
Pochettino juga gemar menginstruksikan pemain agar menerapkan pressing tinggi. Nah inilah yang bisa menjadi masalah bagi Timnas.
Saat ini STY juga meminta agar pemain untuk sering melakukan pressing. Sayangnya, fisik pemain Indonesia masih dirasa kurang cukup untuk ini.
Alih-alih pressing yang ada malah keteteran. Namun Pochettino punya kemampuan memaksimalkan sumber daya yang sedikit. Seperti yang ia perlihatkan sewaktu menangani Southampton dan Spurs.
Satu lagi, Pochettino pernah menangani tim putri. Jika Timnas Putri ingin mencari pelatih yang mumpuni, maka Pochettino adalah pilihannya.
