Liga Indonesia

Stok Pemain Lokal Terbatas, Klub Liga 1 Masih Saja Merekrut Pemain Asing Asal-Asalan

81
×

Stok Pemain Lokal Terbatas, Klub Liga 1 Masih Saja Merekrut Pemain Asing Asal-Asalan

Sebarkan artikel ini
Stok pemain lokal terbatas
Ilustrasi pemain asing

TIMNAS.CO – Sempat heboh soal grup whatsapp “Anti STY”. Entah apa yang ada di benak admin dan peserta grup tersebut apakah memang benar-benar anti atau sekedar iri tapi ada yang menjadi pembelaan soal pembentukan grup tersebut: prestasi.

Kenyataannya, memang hingga saat ini Timnas bersama Shin Tae-yong masih nirprestasi. Namun harus diakui, Shin Tae-yong melakukan beberapa gebrakan dan cenderung mengarah ke tangan besi saat menangani Timnas baik senior maupun kelompok umur.

Shin Tae-yong tidak ragu mencoret pemain yang melakukan tindak indisipliner meski pemain tersebut punya kualitas.

Dan yang paling mencolok adalah keberanian Shin Tae-yong mengganti pemain senior yang sebenarnya masih dalam usia emas dan kaya pengalaman dengan

Duet gelandang Evan Dimas dan Zulfiandi misalnya. Keduanya masih dalam usia emas. Evan Dimas malah selalu digadang menjadi nyawa di lini tengah Timnas. Dialah masa depan dan nyawa Timnas.

Masih ingat di final SEA Games 2019 saat Timnas U-23 kehilangan Evan Dimas akibat tekel pemain Vietnam. Serangan macet. Medali emas pun lepas dari genggaman.

Kini kedua nama tersebut tersingkirkan dari Timnas. Shin Tae-yong nampaknya lebih senang memasang Marselino Ferdinan dan Rahmat Irianto di ruang mesin Timnas. Hasilnya tidak mengecewakan. 

Kalau mau jujur, sebenarnya Shin Tae-yong dibuat pusing dengan pemilihan pemain untuk Timnas. Stok pemain sebenarnya melimpah terutama pemain muda.

Namun klub tempat mereka bernaung seperti masih enggan untuk memberi jam terbang. Sementara nama-nama langganan justru tampil melempem bersama klub. 

Pilihan Shin Tae-yong hanya satu: nekat memakai pemain muda atau tetap memakai pemain lama yang performanya datar. 

Shin Tae-yong memilih opsi pertama.

Ironisnya, jika Shin Tae-yong gagal, dirinya kerap disalahkan oleh manajemen klub. Kenapa tidak panggil si ini. Kenapa tidak panggil si itu. Padahal mereka termasuk biang keladi yang merusak regenerasi pemain.

Isi kepala manajemen klub saat ini, terutama bagian scouting rasanya perlu dilakukan pembedahan otak secara terbuka. Sudah acap kali mereka kena tipu agen pemain.