Masih segar bagaimana netizen habis-habisan mencela, bukan lagi mengkritik penampilan buruk Kelly Jeam Sroyer.
Hinaan yang berbau rasisme turut mampir. Suatu sikap yang tidak pernah dapat dibenarkan.
Dalam laga semifinal melawan Vietnam saja, banyak pendapat-pendapat miring yang entah apa maunya. Menang dikritik, kalah dihina.
Apalagi serangan tersebut mengarah ke satu kelompok: para pelatih lokal.
Banyak yang terlalu mudah menelan mentah-mentah informasi liar yang kemudian menjadi bahan kontroversi.
Katakanlah, hal tersebut benar. Tapi apakah sudah pasti Indra Sjafri terlibat dalam konfrontasi langsung melawan Shin Tae-yong ataupun sebaliknya?
Bahkan dijelaskan baik-baik pun tetap saja para perundung tersebut mengelak dan memberikan argumen yang tidak ada habisnya dan tidak ada ujung pangkalnya macam mencari ketiak ular.
Maka memang benar apa yang dikatakan oleh Simon McMenemy: Suporter Indonesia adalah yang terbaik dan sekaligus yang terburuk.
Hal ini juga makin diperparah dengan ulah para politisi yang selalu memakai momentum kemenangan Timnas Indonesia sebagai bahan kampanyenya.
Tapi bukankah cerminan bangsa bisa dilihat dari kelakuan para politisi? Dan prestasi sepak bola juga merupakan cerminan dari perilaku suporternya juga?
Jika terus begini, betapa sulitnya Indonesia untuk bisa berprestasi.
