Analisis

Keruwetan Stadion JIS: Potret Bangsa Ini Tak Punya Rencana Untuk Dirinya Sendiri

630
×

Keruwetan Stadion JIS: Potret Bangsa Ini Tak Punya Rencana Untuk Dirinya Sendiri

Sebarkan artikel ini
Keruwetan Stadion JIS
Foto Jakarta Internasional Stadion (Foto Istimewa)

Kisah tentang keruwetan Stadion Internasional Jakarta alias ini semakin ruwet, berlarut, bahkan jika dibukukan bisa berjilid.

JIS dan Akses, JIS dan Lahan Parkir, JIS dan Politik, JIS dan FIFA, JIS dan Pembebasan Lahan, JIS dan Anggaran, dan jilid terbaru yang baru terbit belakangan ini adalah JIS dan Rumput. 

Ada 7 jilid kisah JIS yang mungkin bisa membuat JK Rowling merasa tersaingi ketimbang mengadukan sinetron Indonesia berjudul ‘Alfa' karena pelanggaran hak cipta yang meniru habis-habisan karyanya meski harus diakui, ide tukang pisang ternyata penjual tongkat sihir adalah ide brilian.

Kembali ke JIS, yang ramai sekarang ini adalah masalah rumput. Rumput hibrida di JIS tidak layak. Berbeda dengan  di GBK yang digunakan adalah rumput beneran. 

Ini sedikit mengada-ada. Banyak stadion kelas dunia yang memakai rumput hibrida.

Usut punya usut, ternyata yang melakukan inspeksi rumput di JIS adalah pihak vendor yang mengurus rumput GBK pada ajang Asian Games 2018.

Terlihat dalam rekaman video, pihak vendor mengarahkan para pengurus PSSI untuk mengecek rumput yang ada di pinggir lapangan alias bukan masuk dalam lapangan. Inilah yang dibilang tidak layak.

Terlihat jelas ada persaingan antar vendor di sini. Namun, yang makin terlihat sesungguhnya adalah, bangsa ini tidak becus dalam perencanaan sesuatu.

Contohnya ada di depan mata. Negara ini tetap ngotot memakai sistem negara kesatuan. Padahal jika dilihat dari luas alam dan bentang wilayah, Indonesia jauh lebih cocok dibentuk sebagai negara Federasi atau Serikat. 

Akibatnya bisa dilihat sekarang.

Kemudian soal rencana tata ruang kota. Tidak ada rasanya kota di Indonesia yang dibangun dengan tata kelola ruang yang benar. 

Ahli planologi yang dikirim belajar ke luar negeri tiba-tiba jadi sama saja kualitasnya seperti birokrat boomer yang hobinya mengacau ketika mengabdi di pemerintahan.

Jakarta, tempat JIS berdiri, adalah contoh kegagalan.

Daerah Kebayoran Baru pada mulanya diperuntukan bagi masyarakat menengah ke bawah. Letaknya jauh dan terpencil karena minimnya transportasi.