Analisis

Final Perserikatan 1975 Jauh Lebih Seru Dibanding Aksi Panggung Band The 1975

287
×

Final Perserikatan 1975 Jauh Lebih Seru Dibanding Aksi Panggung Band The 1975

Sebarkan artikel ini
The 1975 Band
nstagram/MattyHealy

Kedua klub merupakan musuh bebuyutan sejak lama. 

PSMS punya gaya permainan rap rap yang cenderung keras dan agresif. Sementara Persija mengandalkan kecepatan.

Mayoritas isi skuat Timnas Indonesia saat itu diperkuat oleh pemain dari kedua klub seperti Nobon dan Yuswardi dari PSMS, serta Oyong Liza dan Iswadi Idris dari Persija.

Kedua klub bertemu di laga puncak pada 8 November 1975 di Stadion Utama GBK. Konon, ada sekitar 120 ribu penonton yang memadati stadion kala itu.

PSMS berhasil membuka keunggulan di menit ke-10 lewat kaki Parlin Siagian.

Tidak mau kalah, Persija langsung keluar menyerang. Akibatnya terjadi pelanggaran-pelanggaran.

Pada akhirnya, Persija mampu menyamakan kedudukan di menit ke-26 lewat tandukan dari Sofyan Hadi.

Laga semakin panas. Pelanggaran-pelanggaran makin sering terjadi.

Puncaknya pada menit ke-40, laga terpaksa dihentikan oleh wasit Mahdi Thalib akibat terjadi insiden yang melibatkan Nobon dengan Iswadi Idris.

Iswadi Idris meninju mata Nobon yang berakibat kartu merah. Tapi pihak Persija tidak terima. Sementara PSMS menolak melanjutkan laga jika Iswadi Idris masih ada di lapangan.

Akhirnya setelah berdiskusi dengan wasit dan kedua klub, PSSI memutuskan Persija dan PSMS menjadi juara bersama dengan alasan keamanan nasional yang menjadi taruhan.

Hanya sekali saja ada juara bersama. Dan itupun karena demi menghindarkan keributan yang lebih besar lagi.

Tapi yang jelas, final 1975 jauh lebih baik dari aksi The 1975 di panggung.