Analisis

Final Perserikatan 1975 Jauh Lebih Seru Dibanding Aksi Panggung Band The 1975

285
×

Final Perserikatan 1975 Jauh Lebih Seru Dibanding Aksi Panggung Band The 1975

Sebarkan artikel ini
The 1975 Band
nstagram/MattyHealy

Band jelek asal Inggris, The 1975, melakukan tindakan kontroversial pada acara festival musik bertajuk Good Vibes yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia pada Jumat, 21 Juli 2023 kemarin.

Sang vokalis yang tidak usah disebutkan namanya, memaki-maki pemerintahan Malaysia yang mengesahkan undang-undang anti LGBT-Q.

Masih kurang, si vokalis yang merupakan mantan pacar Taylor Swift, biduan asal Amerika Serikat yang tidak kalah problematikanya, mencium pemain bass.

Tindakan tersebut mendapat kecaman dari Pemerintah Malaysia. Dan sebagai imbasnya, The 1975 membatalkan manggung di festival We The Fest di Jakarta pada Minggu, 23 Juli kemarin.

Bicara soal The 1975, kenapa dinamakan begitu padahal tidak ada satupun personilnya yang lahir pada tahun 1975.

Menurut si vokalis pemberian nama berasal saat dirinya membaca buku di tukang loak dan pada akhir kalimat di buku tersebut tertulis: “the 1975″ dan menurut dia keren.

Tahun 1975 sendiri ada beberapa peristiwa yang terjadi di dunia. Seperti berakhirnya Perang Vietnam yang dimenangkan oleh Kelompok Komunis.

Juga dimulainya era baru dalam menonton film dengan hadirnya video VHS dan Betamax.

Di sepak bola, 1975 merupakan tahun kelahiran bagi beberapa pemain sepak bola hebat seperti Juan Sebastian Veron, Michel Salgado, Giovanni van Bronckhorst, hingga lahirnya dua maestro tendangan bebas: Juninho Pernambucano dan David Beckham.

Di tahun 1975 juga untuk pertama kalinya, Bob Paisley yang kemudian menjadi pelatih legendaris Liverpool, berhasil membawa klub Merseyside tersebut juara Liga.

Dan bicara soal juara Liga, tahun 1975 tercipta kejadian unik. Untuk pertama kalinya dan sepanjang sejarah, dan ditetapkan menjadi juara bersama Kompetisi 1975.

Juara bersama sebenarnya hal yang lazim dalam sepakbola. Biasanya, dalam partai final, jika laga berakhir imbang hingga perpanjangan waktu, maka diputuskan tidak dilanjutkan ke babak adu penalti dan kedua tim menjadi juara bersama.

Tapi yang terjadi dalam partai final Perserikatan 1975 antara Persija melawan PSMS, ceritanya bukan seperti itu.