Timnas.co – Daya beli yang terbilang rendah membuat klub-klub eropa malas datang ke Indonesia. Hal tersebut diungkapkan CEO Nine Sport, Arief Putra. Belakangan, klub Eropa lebih memilih negara-negara tetangga ketimbang Indonesia.
“Kenapa dalam beberapa tahun (klub Eropa) sudah tak pernah datang lagi setelah terakhir (Espanyol) tahun 2017? Sementara tdi 2018 banyak klub ke Singapura, bisa sampai 4 tim? Kenapa mereka tak ke Indonesia? Karena pertama, ICC berani bayar mahal,” ujar Arief, dilansir Detik Sport.
Yang kedua, kata Arief, daya beli orang Indonesia itu rendah. Hal inilah yang membuat klub Eropa “malas” ke Indonesia, karena selain datang, mereka ingin menjual merchandise.
“Rata-rata klub bilang begini: ‘Ngapain ke Indonesia, fans lima juta orang (di sosial media) tapi tak ada yang beli baju,” ungkap Arief.
Hal ini kontras dengan fakta bahwa, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki minat sepak bola yang tinggi. Tahun 2017 silam, Indonesia pernah menduduki peringkat atas, bahkan dalam kategori minat sepak bola di dunia.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Sport waktu itu, 77% penduduk Indonesia memiliki ketertarikan pada olahraga si kulit bundar, terutama ketika menyaksikan Timnas Indonesia berlaga.
Nielsen adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang informasi global serta media. Mereka berfokus pada suatu penelitian dan melakukan riset dalam memberikan informasi tentang pemasaran modern.
Tapi data dalam beberapa tahun belakangan data itu mulai merosot. Urusan minat sepak bola di Asia, Indonesia bukanlah negara bukan nomor menjadi nomor satu. Indonesia bahkan masih berada di bawah Uni Emirat Arab (UEA).
“Tingkat ketertarikan terhadap sepak bola di Asia Tenggara besar, meski fakta bahwa mereka tidak berada di wilayah yang memenuhi untuk ke final Piala Dunia. Di tiga dari empat penduduk terpadat negara Asia Tenggara, Indonesia, Vietnam dan Thailand, lebih dari 50 persen populasinya tertarik dengan sepak bola,” rilis dalam publikasi Nielsen.