Sepakan

Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Mencari Keadilan untuk Para Korban

222
×

Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Mencari Keadilan untuk Para Korban

Sebarkan artikel ini
Peringatan Tragedi Kanjuruhan (foto: fin.co.id)
Peringatan Tragedi Kanjuruhan (foto: fin.co.id)

1 Oktober kini bukan hanya menjadi sejarah kelam bagi dunia politik tanah air. Di mana pada tahun 1965, pasukan Cakrabirawa menculik dan membunuh para petinggi TNI Angkatan Darat di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Namun, masih segar dalam ingatan kita semua, pada 1 Oktober 2022 malam hari di Stadion Kanjuruhan, Malang, telah terjadi peristiwa pembantaian massal terhadap para suporter.

Peristiwa ini bermula dalam laga Derby Jatim antara melawan . Laga itu dimenangkan oleh Persebaya Surabaya dengan skor 3-2.

Awalnya, laga berjalan seperti biasa. Namun, keadaan berubah menjadi peristiwa paling berdarah sepanjang sepak bola Indonesia, bahkan dunia.

Para suporter merangsek memasuki lapangan, hal ini direspons secara represif oleh aparat kepolisian dengan menembakkan gas air mata ke arah penonton dan tribun stadion.

Pelepasan gas air mata ini kemudian memicu kepanikan para suporter untuk mencari pintu keluar. Hal ini menyebabkan para penonton berdesak-desakan karena panik dan menimbulkan korban jiwa.

Tak tanggung-tanggung, sebanyak 135 orang meninggal dunia dalam peristiwa ini. Bahkan, tercatat menjadi peristiwa berdarah nomor dua di dunia setelah insiden di Estadio Nacional, Peru, pada 1964 silam.

Dalam kasus di Peru, sebanyak 328 korban jiwa melayang karena hal yang sama. Ya, insiden itu terjadi akibat gas air mata!

Padahal, akibat kejadian di Peru tersebut, FIFA sebagai otoritas tertinggi sepak bola dunia sudah mengeluarkan regulasi mengenai prosedur pengamanan dalam suatu pertandingan.

Dalam Pasal 19b FIFA Stadium Safety and Security Regulation menyatakan dengan tegas, jika ‘gas pengontrol kerumunan' dilarang dipakai dalam stadion.

Sejumlah kecaman ditujukan kepada aparat keamanan yang bertindak pada tragedi tersebut. Kepolisian akhirnya menetapkan enam orang tersangka dalam kasus ini.

Lima tersangka di antaranya telah menjalani persidangan dan dijatuhi vonis, sementara satu orang lagi belum dilimpahkan ke kejaksaan oleh penyidik Polda Jatim.