TIMNAS.CO – Kemarin ramai di media sosial tentang kasus penganiayaan yang dilakukan oleh anak salah satu oknum pejabat Ditjen Pajak.
Yang membuat publik geram selain karena atas aksi brutal anak tersebut yang mengakibatkan korbannya tak sadar diri dan masih di ICU, ternyata kendaraan yang digunakan si anak itu tidak dilaporkan sebagai objek pajak oleh orang tuanya.
Kontan publik makin mengamuk. Apalagi sebagai warga negara yang baik, tentu saja kita rutin bayar pajak dan lapor SPT. Eh ternalyata pejabat tingginya malah begitu.
Tapi tenang saja, kita tak akan membahas kasus tersebut. Namun yang kita bahas kali ini memang berhubungan dengan pajak.
Seperti yang kita pelajari di sekolah bahwa pajak adalah sumber pendapatan negara yang penting untuk membiayai keperluan negara.
Dan sepakbola adalah olahraga yang paling digemari oleh masyarakat kita. Apalagi saat ini sepakbola sudah menjadi industri tersendiri.
Perputaran uang dalam sepakbola sangat besar dan menggiurkan. Mulai dari sponsor, kepindahan pemain dan pelatih termasuk nilai kontraknya, tiket, merchandise, hak siar, tiket, dan masih banyak lagi printilan kecil lainnya.
Maka dapat dikatakan bahwa sepakbola bukan hanya sekedar olahraga dan hiburan namun menjadi sebuah kegiatan yang mampu menguntungkan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Di Indonesia ada yang namanya pajak penghasilan. Klub sepakbola tentu punya pendapatan dari macam-macam. Yang paling banyak tentu sponsor, tiket, hak siar, maka klub sepakbola harus melakukan penghitungan pajak.
Pun dengan pemain, pelatih, ataupun official klub, tentunya juga sama seperti kita warga kebanyakan punya kewajiban untuk membayar pajak.
Dalam hal ini klub juga punya kewajiban untuk memotong gaji pemain, pelatih, ataupun staf mereka sesuai dengan PPh Pasal 21 mengenai pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan.
Namun ada mantan pesepakbola nasional yang menceritakan pengalamannya soal pajak di Indonesia saat masih aktif bermain bola. Adalah Rochy Putiray yang bercerita saat merumput di Indonesia, dia tidak pernah memikirkan soal pajak. Dan dia tidak pernah tahu apakah gajinya yang dipotong itu benar dibayarkan untuk pajak atau tidak.