Timnas Indonesia

Legenda Timnas Ini Ungkap Sulitnya Meniti Karir di Eropa

115
×

Legenda Timnas Ini Ungkap Sulitnya Meniti Karir di Eropa

Sebarkan artikel ini
Kurniawan Dwi Yulianto
Asisten pelatih timnas Indonesia U-22, Kurniawan Dwi Yulianto.

Para pecinta sepak bola tanah air di era 1990-an tentu mengenal nama . Ia merupakan striker haus gol pada zamannya.

Kurniawan merupakan salah satu dari sekian pemain jebolan program yang dikirim untuk menimba ilmu di Italia. Bahkan, ia juga sempat masuk dalam klub saat sesi tur pramusim 1994.

‘Si Kurus', begitu sapaan akrabnya, memulai karir sebagai pemain muda dalam Diklat Ragunan.

Ia kemudian mendapatkan kesempatan berlatih di Italia melalui program PSSI Primavera bersama pemain lainnya, seperti Kurnia Sandy, Yeyen Tumena, Anang Ma'ruf, dan Bima Sakti.

Usai sesi pramusim tur Asia, Sampdoria sempat meminjamkan ‘Si Kurus' ke klub asal Swiss, FC Luzern. Di klub itu, Kurniawan mencatatkan 26 penampilan dan 3 gol. Sebuah catatan yang cukup baik untuk pesepak bola berusia 19 tahun.

Namun, Kurniawan justru tidak melanjutkan petualangannya ke luar negeri dan memilih pulang kampung untuk membela Pelita Jaya pada tahun 1995.

Harus Mampu Beradaptasi

Baru-baru ini, pria kelahiran Magelang itu menyebut tidak mudah bagi seorang pemain meniti karier di Eropa.

Sebab, label bintang seorang pemain yang melekat selama berkarier di Tanah Air, tidak akan gunanya ketika bergabung ke sebuah klub di Benua Biru.

“Kami pernah rasakan tinggal di sana, enggak gampang, permasalahan itu ada di diri kita sendiri, agen hanya bukakan jalan, masalahnya di kita,” tutur Kurniawan, dikutip Rabu (26/7/2023).

Menurutnya, tidak semua pemain memiliki mental yang kuat untuk mampu beradaptasi dengan kehidupan di luar negeri. Apalagi, para pemain muda yang ingin melatih keterampilannya.

Ia mengatakan, bagi para pemain Indonesia harus merasa rendah hati ketika memulai petualangan baru di luar negeri. Mereka juga harus siap untuk memulai kembali perjalanan karirnya dari nol.

“Mungkin di sini kita bintang di sana kita enggak ada apa-apanya, kenapa makin muda makin bagus? Supaya terasah atmosfer mentality-nya,” lanjut asisten pelatih Timnas Indonesia U-22 itu.

“Kenapa pada balik lagi? Itu mungkin faktor individual menurut saya, ini bisa salah bisa benar, mungkin di sini harganya luar biasa, di sana jadi nol lagi,” tandasnya.