Tampaknya, harapan pecinta sepakbola untuk melihat tim nasional Indonesia bisa kembali bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di Asia masih jauh panggang daripada api.
Harapan sempat menggelora setelah dalam Kongres Luar Biasa PSSI lalu, Erick Thohir terpilih sebagai ketua umum PSSI yang baru.
Terpilihnya Erick Thohir dirasa akan membawa angin perubahan di tubuh PSSI. Terlebih rekam jejaknya dalam memajukan basket Indonesia saat beliau memegang komando sebagai ketua umum Perbasi.
Nyatanya harapan tinggal harapan. Wajah-wajah lama seperti Yunus Nusi masih saja ada sebagai pengurus.
Erick Thohir pun masih enggan melepaskan jabatannya sebagai Menteri BUMN walau Zainudin Amali selaku waketum PSSI yang baru sudah melepaskan jabatannya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga.
Beberapa janji yang digaungkan semasa kampanye, nyaris tidak ada yang terealisasikan. Sepakbola malah makin dekat dengan politik setelah pembatalan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 yang sedianya akan dilangsungkan di Indonesia.
Indonesia tidak mendapatkan sanksi berat dari FIFA. Namun, lantas malah ketua PSSI yang dielu-elukan sebagai pahlawan.
Padahal dalam sejarahnya, FIFA memang jarang memberikan sanksi berat bagi negara yang dicoret sebagai penyelenggara ajang sepakbola internasional.
Buzzer-buzzer pun bermunculan mengisahkan betapa heroiknya perjuangan PSSI melobi FIFA hingga membuat pecinta sepakbola makin muak.
Tidak cukup sampai di situ, baru-baru ini PSSI mengklaim jika naiknya peringkat FIFA tim nasional Indonesia adalah andil mereka selama dua bulan ini.
Selama 10 tahun terakhir, memang Indonesia berkubang di peringkat 150-an. Tertinggal jauh dari negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, bahkan Filipina.
Pada 2011, tim nasional Indonesia sempat menduduki peringkat 142 dunia. Namun kemudian merosot tajam akibat kesemrawutan PSSI itu sendiri.
Klaim dalam dua bulan peringkat Indonesia naik tentu saja merupakan klaim sepihak yang mencemooh lingkar otak pecinta sepakbola tanah air.
Sebelum pengurus baru PSSI melaksanakan tugasnya, dua ketua umum PSSI dalam dua periode sebelumnya juga sebenarnya sudah berusaha meningkatkan prestasi tim nasional Indonesia.