Sepakan

T.D. Pardede: Pengusaha Gila Bola yang Anti Suap, Melahirkan Klub Legendaris di Indonesia

124
×

T.D. Pardede: Pengusaha Gila Bola yang Anti Suap, Melahirkan Klub Legendaris di Indonesia

Sebarkan artikel ini
T.D. Pardede Pengusaha Gila Bola
T.D. Pardede

TIMNAS.CO – Sejak dari taman kanak-kanak sampai sekarang, saya selalu punya kawan baik dari suku Batak. Marganya bermacam-macam. Simanjuntak, Marpaung, Ginting, Simangunsong, dan lain-lain.

Sewaktu kuliah di luar kota dan mengharuskan saya untuk nge-kos, saya kembali punya kawan baik dari suku Batak. Marganya unik: Sinuraya. Baru pertama kali saya tahu ada marga Sinuraya.

Kawan saya bilang, Sinuraya memang agak langka karena dari satu keluarga, anak laki-laki penerus marga tersebut paling hanya satu. Kawan saya dan ayahnya sendiri adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga.

Meski terbilang langka, kawan saya berkata: “Sinuraya itu masih belum ada apa-apanya sama Pardede kalau di Medan. Di Medan itu nama Pardede ada di mana-mana. Jadi nama hotel, kebun sawit, banyak”

Dan di kemudian hari saya baru tahu kalau Pardede yang dimaksud kawan saya itu adalah T.D. Pardede.

Tumpal Dorianus Pardede atau lebih dikenal dengan T.D. Pardede adalah seorang pengusaha dari Sumatera Utara. Bisnisnya banyak. Dari sawit, hotel, tekstil, kesehatan, sampai pendidikan.

Bagi masyarakat Sumatera Utara, T.D. Pardede ini adalah tokoh yang membantu memajukan Sumatera Utara dengan menciptakan banyak lapangan pekerjaan, memajukan pariwisata khususnya dengan mempelopori pembangunan penginapan di kawasan Danau Toba, serta memajukan pendidikan.

Tak hanya untuk Sumatera Utara, T.D. Pardede juga ikut terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan dengan bergabung dengan pasukan revolusi. Ketika terjadi pemberontakan PRRI di Sumatera, T.D. Pardede memilih untuk tetap mendukung pemerintah. Dan saat konfrontasi dalam memperebutkan Irian Barat, T.D. Pardede turut membantu pasukan TNI dengan memberikan bantuan logistik khususnya pakaian dan selimut.

Dan ternyata, T.D. Pardede juga punya peranan dalam memajukan .

T.D. Pardede sudah menggemari sepakbola sejak kecil. Saat remaja, T.D. Pardede sering ikut pertandingan tarkam. Bahkan T.D. Pardede pernah satu tim dengan pendiri PSMS Medan, Kamarudin Panggabean.

Dan karena sepakbola juga T.D. Pardede dapat diterima bekerja di perkebunan Belanda. Kata T.D. Pardede, siapa yang bisa main bola, diterimanya kerja di perkebunan.

Berawal hanya sebagai kuli, T.D. Pardede naik pangkat jadi juru tulis perkebunan. Lantas kemudian dia diserahi tugas mengurus klub sepakbola milik majikannya yang orang Belanda.

Berbekal pengalaman sebagai pemain bola dan pernah mengurus klub, ketika sudah sukses jadi pengusaha, tahun 1960 T.D. Pardede mendirikan klub Pardedetex. Pemainnya adalah karyawan pabrik tekstilnya. Pardedetex berkompetisi di kompetisi internal PSMS.

Bagi T.D. Pardede, dia punya prinsip segalanya harus jadi yang top. Persis seperti falsafah anak Medan: pantang tak top. Untuk itulah dia memotivasi pemain Pardedetex agar klub menjadi klub yang top.

T.D. Pardede membuat gebrakan. Pardedetex disulap menjadi klub profesional. Bahkan mungkin bisa dibilang klub profesional pertama karena kebanyakan klub masih berstatus amatir.

Pemain-pemain Pardedetex beberapa adalah tulang punggung Timnas seperti Si Gareng Soetjipto Soentoro dan Jacob Sihasale.

Bersama pengusaha lain, T.D. Pardede ikut mencetuskan lahirnya kompetisi Galatama.

Tak main-main, Pardedetex langsung merekrut dua pemain Inggris, Paul Smyth dan Steve Tombs dari Exeter City. Sejarah mencatat, merekalah pemain asing pertama yang bermain di Indonesia. Dan Pardedetex menjadi klub pertama Indonesia yang memakai jasa pemain asing.

Sayangnya dua pemain asing itu kurang memberi kontribusi yang berarti bagi klub.

Pardedetex mendatangkan lagi Jairo Matos dari Brasil untuk memperkuat Pardedetex dalam mengarungi musim ketiga Galatama. Sayangnya pada musim keempat, ada larangan penggunaan pemain asing.

Tak hanya mendatangkan pemain asing, fasilitas Pardedetex terbilang lengkap. Gaji pemain pun diatas rata-rata. Bahkan saat belum bergabung dengan Galatama, Pardedetex sudah menggaji besar para pemainnya.

Sayangnya pada 1984, klub ini mundur dari Galatama dan membubarkan diri. Alasan T.D. Pardede: terlalu banyak suap di kompetisi Galatama.

Kemudian T.D. Pardede bersama putranya mendirikan klub Harimau Tapanuli. Klub yang akrab dipanggil Hartap ini telah berjasa melahirkan pemain-pemain hebat seperti Coly Misrun, Amri Siregar, Iskandar Jalil, dan Viktor Simamora.

Harimau Tapanuli hanya berlaga di berbagai kompetisi lokal saja. Sepertinya T.D Pardede sudah enggan terlibat lagi dengan kompetisi Galatama yang menurutnya banyak aksi suap.

Begitulah kisah T.D. Pardede, yang dengan dana begitu melimpah, bisa saja dia dengan mudah “membeli gelar”. Namun dengan dana melimpah, dia gunakan untuk mensejahterakan pemain, merekrut pemain asing untuk menambah daya saing kompetisi, serta menyediakan fasilitas lengkap.

Mungkin jika sepakbola Indonesia mau maju, bisa dipakai kata-kata T.D. Pardede sewaktu masih jadi kuli dan merasakan betapa sengsaranya kehidupan kuli di perkebunan Belanda:

“Tunggu kau. Kita suatu waktu mesti lebih dari kau”

Tentunya dengan banyak usaha dan pembenahan sana-sini.