Sepakan

Suporter Perempuan Bukanlah Pemanis Stadion

37
×

Suporter Perempuan Bukanlah Pemanis Stadion

Sebarkan artikel ini
Suporter persib wanita
instagram/moonithaardilla33

Sewaktu masih kuliah, saya cukup sering terlibat dalam arena pertunjukan musik hardcore, trash, punk, ya pokoknya jenis musik yang kalau diputar di depan generasi boomers, mereka pasti marah-marah sambil bilang: “musik apaan sih ini!”.

Biasanya saya diajak oleh teman yang memang punya band aliran hardcore untuk jadi tukang potret, bagi-bagi stiker, bantu jaga stand merchandise, ya macam itulah. Dan yang paling sering saya lihat, yang datang rata-rata ya laki-laki. 

Ini memang tidak lepas dengan imej musik-musik macam itu yang mementaskan fantasi-fantasi dari keahlian dan kontrol maskulinitas. 

Sama halnya dengan sepakbola. Pasti kita selalu menemukan fans sepakbola yang selalu mengagungkan kedigdayaan bahwa sepakbola itu laki banget. Ya ampun masa laki ga suka bola. Pokoknya semacam itulah.

Hingga akhirnya ya sepakbola sama seperti musik keras tadi itu. Penuh dengan citra-citra hipermaskulinitas.

Dalam musik keras, perempuan hanya dilihat kontribusinya dalam konteks seksual, seperti sebagai groupies, kekasih, dan penyanyi latar. 

Dalam sepakbola Indonesia sekarang ini, perempuan sudah bisa kita temui di tribune stadion maupun bisa kita lihat di layar kaca.

Dulu suporter perempuan sangat jarang ditemui, mungkin juga karena pada tahun tersebut sepakbola Indonesia sedang memanas dengan sering terjadinya kerusuhan dan bentrokan antar suporter yang membuat perempuan takut untuk pergi menonton langsung di stadion.

Meski begitu, kehadiran perempuan di stadion masih hanya dilihat sebagai pemanis. Bahkan sering kali kita saksikan di televisi, kamera menyorot suporter perempuan yang punya paras cantik.

Belum lagi pemberitaan di media seperti: Ini dia! Suporter cantik yang bikin kamu klepek-klepek! Makin lengkap sudah. 

Sama seperti dalam pertunjukan musik keras dimana penonton perempuan yang datang kerap mengalami pelecehan seksual, maka hal yang sama juga kerap terjadi pada suporter perempuan.

Apalagi dalam stadion yang memang bercampur laki laki dan perempuan. Jika terjadi pelecehan, biadabnya komentar yang keluar malah makin mewajarkan perilaku pelecehan tersebut.

Komentar seperti “ngapain sih perempuan nonton bola”, atau “udah tau banyak laki laki kenapa datang ke stadion” menjadi sebuah pemakluman atas tindakan tak berperikemanusiaan tersebut.

Padahal niat suporter perempuan yang datang ke stadion sama seperti suporter laki laki: ingin mendukung langsung tim kesayangannya. Dan mereka juga punya hak yang sama. 

Walau kondisinya seperti itu, tetap ada kelompok suporter perempuan di Indonesia. Dan jumlahnya ternyata banyak juga.

Persib dengan Ladies Vikers yang merupakan kelompok suporter perempuan pertama di Indonesia, ada juga Aremanita pendukung Arema, Bonita pendukung Persebaya, Srikandi Pasoepati pendukung Persis Solo, Jak Angels pendukung Persija, dan masih banyak lagi.

Dengan adanya kelompok suporter perempuan ini, nanti harapannya bisa mewadahi suporter perempuan untuk mendapatkan hak yang serupa dengan suporter laki-laki dengan mendukung tim kesayangannya tanpa adanya gangguan pelecehan dari suporter laki laki.

Dan bagi suporter laki laki, ayo bersikap jantan dengan melindungi suporter perempuan. Berikan ruang untuk mereka.

Jika ada yang melihat ada suporter perempuan dilecehkan, lawan! Saya tahu mungkin kita juga takut melawan karena bisa saja dan sangat mungkin kita tak hanya berhadapan dengan satu orang. Tapi kita juga tidak sendiri. 

Pandangan tentang wanita hanyalah sebagai pemanis dalam dunia sepakbola haruslah dihilangkan, sepakbola adalah milik semua tidak memandang usia maupun gender.

Mari jadikan sepakbola dan stadion sebagai rumah yang nyaman untuk siapa saja.