Apa ini ada kaitannya dengan jumlah penduduk? Indonesia punya penduduk sekitar kurang lebih 200 juta jiwa menurut sensus dari Rhoma Irama. Dan angka itu tidak salah. Menurut sensus 2021, ada sekitar 271 juta jiwa. Banyak. Tapi begitu sulitkah mencari 11 pemain yang handal?
Tapi Tiongkok juga setali tiga uang dengan Indonesia. Penduduk Tiongkok menurut sensus Trio Kwek Kwek, semilyar penduduknya. Katanya. Dan memang jumlahnya semilyar. 1.4 milyar kurang lebih. Dan sepak bolanya juga semenjana.
Namun berbeda dengan Indonesia, sepakbola bukan olahraga populer di Tiongkok. Orang sana lebih menggemari basket sebagai olahraga permainan berkelompok.
Tiongkok sendiri pernah melakukan gebrakan saat booming Liga Super Tiongkok pada pertengahan 2000-an. Klub-klub di sana bisa memboyong pemain kelas dunia di usia yang masih produktif. Dengan gaji besar tentunya.
Niatnya adalah sekalian memajukan sepakbola Tiongkok. Namun tetap saja, tidak menghasilkan apa-apa. Ranking FIFA Tiongkok bahkan di bawah Cape Verde. Tapi tetap, level sepakbola Tiongkok masih jauh di atas Indonesia.
Tetangga Tiongkok, India juga punya penduduk semilyar. Itu sudah termasuk Shahrukh Khan dan Kajol. Namun sepakbolanya masih kalah jauh dengan industri film Bollywood. Cricket dan field hockey jauh lebih populer dan India punya nama besar di dua cabang olahraga tersebut.
Jumlah penduduk Brasil hanya sedikit di bawah Indonesia. Ada 210 juta jiwa. Namun selalu melahirkan pemain-pemain handal.
Bahkan pemain kelas kelurahan saja bisa mentas di liga di luar negaranya dengan hanya menjual nama Brasil maka seperti menjadi jaminan mutu. Sepakbola juga menjadi tiket untuk bisa keluar dari jerat kemiskinan dan kejahatan di Brasil.
Terus salah Indonesia di mana? Indonesia boleh dibilang punya kompetisi berjenjang. Sekolah sepakbola tersebar di mana-mana. Soal kesejahteraan pemain juga bisa dibilang tak buruk-buruk amat. Bahkan pesepakbola punya kesempatan diangkat menjadi ASN, anggota TNI, atau Anggota Polri. Sungguh pekerjaan idaman calon mertua.