Sepakan

Stadion Olympic Phnom Penh: Saksi Bisu Kekejaman Khmer Merah

264
×

Stadion Olympic Phnom Penh: Saksi Bisu Kekejaman Khmer Merah

Sebarkan artikel ini
Stadion Olympic Phnom Penh
Foto: REUTERS/Chalinee Thirasupa

Republik Khmer yang dpimpin oleh Jenderal Lon Nok berhasil menang dengan dukungan dari Raja , Norodom Sihanouk.

Sepak bola Kamboja pada masa Republik Khmer cukup mengalami kemajuan pada era ini. Kamboja berhasil menempati peringkat 4 Piala Asia 1972. Padahal Timnas Kamboja baru menjalani debut pada edisi tersebut.

Beda di Kamboja, beda pula di Indonesia. Pemerintah Orde Baru kurang begitu memperhatikan sepak bola.

Kiprah Timnas Indonesia pada masa awal rezim yang akhirnya berlangsung selama 32 tahun tersebut boleh dibilang stagnan. Timnas Indonesia sendiri baru menjalani debut di Piala Asia pada edisi 1996.

Untuk Kamboja sendiri, era keemasan mereka dalam sepak bola berakhir pada 1975 setelah Khmer Merah pimpinan Pol Pot berkuasa. Uniknya, Raja Norodom Sihanouk sendiri kemudian berbalik arah mendukung rezim keji tersebut.

Pol Pot secara keji mengahabisi ribuan lebih warganya sendiri lewat pertanian kolektif yang digagasnya. Jangankan untuk bermain sepak bola, bernafas saja sudah suatu kemewahan.

Lebih keji lagi, Pol Pot menggunakan fasilitas apa saja sebagai tempat eksekusi massal bagi mereka yang menolak tunduk. Salah satunya adalah .

Ya, tempat di mana pemain Timnas Indonesia U-22 berpesta merayakan pencapaian medali emas tersebut pernah terbenam dengan darah warga Kamboja.

Kini sepak bola Kamboja sedang menatap babak baru. Beberapa kemajuan telah dicapai. Dan kedepannya, tidak ada lagi rezim yang tega menyiksa warganya sendiri hingga tidak bisa lagi bermain sepak bola sampai meregang nyawa.