Sepakan

Sepenggal Kisah Perjalanan Si Kulit Bundar Dari Batavia ke Jakarta

35
×

Sepenggal Kisah Perjalanan Si Kulit Bundar Dari Batavia ke Jakarta

Sebarkan artikel ini
batavia jakarta
batavia jakarta

TIMNAS.CO – Pada  era Yunani kuno, berkembanglah banyak negara kota atau disebut dengan Polis.

Dari banyaknya Polis yang ada, ada dua yang namanya lebih sering dicatat dalam sejarah dunia yaitu Athena dan Sparta.

Athena lebih mengedepankan pemerintahan yang demokratis dan bebas. Sementara Sparta lebih menekankan pada aspek kemiliteran.

Jauh berabad kemudian, pemerintah kolonial Belanda membangun Batavia dengan meniru Sparta. Buktinya, terdapat banyak tangsi militer di seluruh penjuru Batavia.

Dan dari tangsi-tangsi inilah sepakbola berkembang di Batavia.

Sepak bola pada awalnya sering dimainkan oleh serdadu militer di sekitar tangsi. Lalu kemudian mereka mendirikan berbagai macam klub sepakbola yang saat itu disebut dengan bond sesuai nama tangsi mereka.

Dan karena sepakbola adalah olahraga yang tidak memerlukan alat dan tempat yang khusus, selama ada tanah lapang, sepakbola bisa dimainkan.

Apalagi saat itu, beberapa olahraga seperti tenis atau kasti, hanya bisa dimainkan oleh orang Belanda atau Eropa saja. Sebab dari itu, sepakbola cepat berkembang di kalangan pribumi.

Selain klub sepakbola dari kalangan militer lain, orang Belanda, Indo, serta Cina juga ikut mendirikan bond-bond sepakbola.

Namanya bermacam-macam mulai dari Victoria, Sparta, lalu ada Asiatik dan UMS milik orang Cina. Sementara masyarakat pribumi menamai bond mereka sesuai nama wilayahnya seperti Tjahaya Kwitang.

Tahun 1928 terbentuklah Voetbalbond Indonesia Jacatra atau VIJ yang merupakan cikal bakal . VIJ ikut membidani kelahiran tahun 1930 di Yogyakarta. Jadi boleh dibilang umur Persija lebih tua dari PSSI.

VIJ biasa bertanding di Lapangan VIJ yang terletak di kawasan Biak-Roxi, Jakarta. Sampai sekarang lapangan itu masih tetap ada.

Saat Jepang masuk, kegiatan sepakbola nyaris tidak ada di Jakarta. Saat itu pemuda dipaksa ikut Taiso atau senam.

Barulah setelah PON pertama tahun 1948 yang diselenggarakan di Solo, semangat untuk bermain sepakbola warga Jakarta muncul kembali.

Tahun 1950-an, masih ada pemain Indo yang memperkuat beberapa bond di Jakarta. Kemudian pada tahun 1960-an, pemain Indo mulai menghilang seiring konfrontasi Indonesia dengan Belanda dalam memperebutkan Irian Barat.

Akan tetapi, saat itu pemain Cina masih ada. Setelahnya, keberadaan mereka digantikan oleh Pribumi. Khususnya dari Manado dan Maluku. 

Ada teori yang menarik. Dulu sepakbola pada awalnya merupakan olahraga kelas militer dan menengah. Sehingga watak disiplin dan profesionalisme mereka terjaga. Mereka sangat perhatian pada peraturan.

Ketika sepakbola makin berkembang di Jakarta, dan bisa dimainkan oleh siapa saja, peraturan jadi kurang ditaati.

Sehingga lama-lama sifat tersebut menjadi hal yang lumrah dan berlanjut sampai sekarang. Entah benar atau tidaknya teori itu, silakan anda yang menjawab.

Roda zaman terus berputar. Saat ini Jakarta boleh berbangga. Mereka punya Persija. Klub papan atas yang banyak dihuni oleh pemain Timnas.

Di Jakarta juga berdiri Stadion Utama Gelora Bung Karno, stadion megah tempat para penggawa Timnas berlaga membawa nama bangsa. Dan belum lama ini, Jakarta punya stadion baru yang diberi nama Jakarta International Stadium (JIS).

Meski lapangan kosong tempat anak-anak maupun orang dewasa biasa bermain bola telah berubah menjadi beton, sehingga memaksa mereka untuk bermain di jalan-jalan perumahan ataupun gang sempit di tengah padatnya belantara gedung pencakar langit. Namun kecintaan mereka terhadap sepakbola tidak akan pernah memudar.