Tapi Sila ini sering diamalkan di luar lapangan. Seperti penggalangan dana untuk korban bencana. Caranya macam-macam. Bisa meminta sumbangan langsung, ataupun lewat lelang jersi atau memorabilia.
Sila yang ketiga adalah “Persatuan Indonesia”. Sepak bola membawa semangat kedaerahan. Itu tidak bisa dipungkiri. Namun, jika urusannya membela Timnas Indonesia, semua atribut tersebut ditinggalkan. Baik para pemain, pelatih, maupun suporter.
Kemudian Sila keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”. Saat memilih skuat, pelatih tentunya berkonsultasi dengan asisten atau stafnya yang lain. Dan tentunya dengan pemain itu sendiri.
Juga, dalam sepak bola ada kapten yang bertugas sebagai pemimpin serta penghubung.
Sepak bola di Indonesia juga memiliki induk, PSSI. Dalam periode tertentu, PSSI bermusyawarah saat akan mengambil sebuah keputusan. Termasuk memilih pengurus yang baru.
Terakhir ada Sila Kelima, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Jika ada kata “Adil” dalam sepak bola, maka yang pertama kali disorot adalah perangkat pertandingan dalam hal ini wasit.
Tapi tidak hanya wasit saja. Pelatih juga harus adil. Semua pemain harus mendapatkan kesempatan yang sama: tampil di lapangan dan menunjukkan kualitasnya.
Jadi rasanya masih belum telat untuk mengucapkan Selamat Hari Lahir Pancasila