SCROLL UNTUK MEMBACA ARTIKEL
Sepakan

Robby Darwis, Yudi Guntara, dan Persib: Local Pride yang Sebenarnya

57
×

Robby Darwis, Yudi Guntara, dan Persib: Local Pride yang Sebenarnya

Sebarkan artikel ini
Robby Darwis, Yudi Guntara dan Persib
instagram/adam62663

“Saudara-saudara, kami akan melaporkan langsung siaran pandangan mata dari lapangan hijau. Nampak sekarang Robby Darwis sudah menguasai bola. Berikan saja pada Yudi Guntara. Yudi Guntara sodorkan lagi pada Robby Darwis. Robby Darwis sodorkan lagi pada Yudi Guntara. Sudah memasuki jantung pertahanan… Ahay! Apa yang terjadi saudara-saudara… Nampak Robby Darwis dan Yudi Guntara hanya berdua di lapangan. Ternyata mereka sedang berlatih sepakbola saudara saudara…”

Itulah bagian pembuka dari lagu Kop dan Headen milik band parodi asal Bandung, P-Project. Lagu tersebut dirilis pada tahun 1994.

Robby Darwis dan Yudi Guntara adalah pemain Persib. Pada tahun itu, Persib Bandung boleh dibilang rajanya sepakbola Indonesia. Meski banyak yang berperan, tapi dua nama itulah yang mendapat tempat khusus di hati penggemar Persib.

adalah juara terakhir kompetisi Perserikatan musim 1993-1994. Dan merupakan juara Liga Indonesia edisi perdana musim 1994-1995 saat kompetisi Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi satu.

Hebatnya lagi, saat menjadi juara Indonesia selama dua musim berturut-turut, 100% skuat Persib berisi pemain lokal.

Indra Thohir, pelatih Persib saat itu, ngotot ingin memakai formasi 3-5-2. Padahal pada zaman itu, formasi itu sudah lama ditinggalkan. Klub-klub Indonesia sudah melirik formasi 4-3-3 atau 4-4-2.

Di skuat Persib, hanya ada tiga pemain senior yang tersisa dari generasi emas Persib yang merajai kompetisi Perserikatan pada era 80-an. Mereka adalah playmaker Yusuf Bachtiar, Dede Sulaeman, dan sang kapten Robby Darwis.

Kiprah Robby Darwis dalam kancah sepakbola nasional sudah tidak perlu diragukan lagi. Robby Darwis mempersembahkan trofi Perserikatan pada tahun 1986 dan 1989. 

Berposisi sebagai libero, Robby Darwis sangat kokoh dalam bertahan dan piawai dalam menyerang. Dan sebagai kapten, Robby Darwis mampu memimpin rekan-rekannya. Menghalau mereka dari titik nadir keputusasaan saat pertandingan tak berjalan sesuai rencana.

Sementara Yudi Guntara saat itu masih berstatus sebagai pemain muda, namun dirinya sudah dipercaya Indra Thohir untuk mengisi lini tengah Persib bersama pemain senior Yusuf Bachtiar.

Berposisi sebagai gelandang seram, Yudi Guntara rajin memasok umpan untuk Sutiono dan Kekey Zakaria. Selain itu dia juga rajin mencetak gol dan bisa menjadi pemecah kebuntuan saat para penyerang Persib kesulitan mencetak gol. Belum lagi pergerakannya yang selalu merepotkan pertahanan lawan.

Gol penalti Robby Darwis ke gawang PSIR Rembang dalam putaran final Perserikatan 1993-1994, terjadi karena Yudi Guntara dilanggar di dalam kotak penalti. Persib lolos ke semifinal.

Pada babak final, Persib harus berhadapan dengan PSM. Ribuan bobotoh berdatangan ke Senayan memberikan dukungan.

Yudi Guntara berhasil membawa Persib unggul lewat sepakan keras dari luar kotak penalti. Pada babak kedua, Sutiono berhasil menambah keunggulan Persib. 2-0 Persib menang dan menjadi juara terakhir Perserikatan.

Yudi Guntara dipuji habis-habisan. Permainannya meningkat ke level yang lebih tinggi.

Peran Robby Darwis dan Yudi Guntara berlanjut pada musim berikutnya. Saat itu sudah dimulai era baru sepakbola Indonesia. Perserikatan dilebur dengan Galatama dengan harapan, klub dan liga dikelola lebih profesional lagi.

Klub dari Galatama hadir dengan skuat mewah. Dengan pendanaan yang melimpah dan tidak tergantung dengan APBD, mereka bisa dengan mudah mengontrak pemain bintang dan pemain asing.

Sementara Persib kembali dengan skuat 100% lokal. Pada partai pembuka Liga Indonesia, Persib harus berhadapan dengan Pelita Jaya, klub eks-Galatama yang dipenuhi pemain bintang. Persib kalah 1-0.

Pertandingan awal boleh kalah, tapi selanjutnya Persib tampil apik. Lagi-lagi Robby Darwis dan Yudi Guntara berperan penting. Persib akhirnya lolos ke final dan berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan Petrokimia Gresik dengan skor 1-0. 

Sayangnya, Yudi Guntara harus pensiun dini. Cedera lutut harus membuatnya gantung sepatu di usia 28. Namun perannya bersama Robby Darwis membawa Persib dua kali juara berturut-turut, akan selalu membekas di ingatan para Bobotoh.