Sepakan

PSSI Berencana Restrukturisasi Tahapan Pengembangan Sepakbola Mulai dari U-9, Tapi Masih Terbatas pada SSB dan Akademi yang Terafiliasi

1949
×

PSSI Berencana Restrukturisasi Tahapan Pengembangan Sepakbola Mulai dari U-9, Tapi Masih Terbatas pada SSB dan Akademi yang Terafiliasi

Sebarkan artikel ini
Pembinaan Pemain Muda PSSI
instagram/erickthohir

Pembinaan Sepak Bola Kelompok Umur Harus Ditangani Dengan Serius

berencana untuk merestrukturisasi tahapan pengembangan sepakbola Indonesia mulai dari kelompok umur, yakni mulai dari U-9 lalu bertahap U-10, U-12, U-14, U-16, U-17, U-19, hingga U-23.

Sayangnya, restrukturisasi kompetisi kelompok umur ini masih terbatas untuk sekolah sepak bola (SSB) atau akademi yang berafiliasi dengan PSSI.

Padahal jika mau lebih berkembang, ada baiknya PSSI juga melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah, dalam hal ini berarti Dinas Pendidikan dan Olahraga setempat untuk mengadakan kompetisi antar sekolah hingga universitas.

Karena yang utama adalah, tidak semua orang tua mampu mendaftarkan anaknya ke akademi atau sekolah sepak bola yang biayanya cukup lumayan.

Mungkin memang ada beasiswa tapi jumlahnya masih sedikit dan hanya yang benar-benar berbakat saja yang bisa mendapatkan kesempatan tersebut.

Dengan diadakan kompetisi antar sekolah hingga universitas juga membuka peluang munculnya banyak bibit-bibit baru yang tidak hanya terbatas pada akademi atau sekolah sepak bola saja.

Dan yang paling penting adalah, para pemain muda tidak meninggalkan pendidikan formalnya. Bukankah kemarin ada ramai soal masalah pesepakbola yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah demi mengejar mimpinya?

Kompetisi antar sekolah hingga universitas juga akan bisa lebih mengundang animo masyarakat yang lebih luas. Minimal dari teman-teman sekolah akan datang langsung mendukung hingga laga menjadi makin seru dan hidup.

Berbeda dengan kompetisi antar SSB atau akademi yang paling-paling hanya dihadiri oleh kalangan terbatas dan pencari bakat.

Anak-anak yang kurang mampu secara finansial bahkan bisa terbantu dengan diadakannya kompetisi antar sekolah dan universitas. Jika si anak punya bakat, tentu sekolah atau universitas tidak ragu untuk merekrutnya. Prestasi dan pendidikan jadi berjalan seiring.

Kendalanya mungkin ada pada masalah fasilitas. Tidak semua sekolah atau universitas punya fasilitas yang memadai. Bahkan tak jarang sekolah tidak punya lapangan sekedar untuk tempat bermain mini football.