Sepakan

Pratama Arhan Tak Tertaklukkan, Terus Berjuang di Liga Jepang

88
×

Pratama Arhan Tak Tertaklukkan, Terus Berjuang di Liga Jepang

Sebarkan artikel ini
Pratama Arhan
pratamaarhan8

TIMNAS.CO – Tiap kali menyaksikan pertandingan kompetisi J-League, saya selalu antusias. Kondisi lapangan yang baik, bahkan menurut saya lebih baik daripada kondisi lapangan di Eropa. Antusiasme penonton yang tinggi, lengkap dengan atributnya.

Hal yang menarik mengingat bisbol lebih populer di Jepang ketimbang sepakbola. Jersey klub dengan desain-desain menarik dan unik. Dan yang paling penting, gaya permainan tiap klub yang penuh dengan teknik tinggi. 

Banyak pemain dari belahan penjuru dunia mencoba mengadu nasib di Jepang. Tak terkecuali dari Asia Tenggara. Namun hanya Thailand dan Vietnam yang pemainnya bermain di kasta teratas, J-League.

Indonesia sendiri, diwakilkan oleh Pratama Arhan. Pemuda asal Blora ini bergabung dengan klub Tokyo Verdy. Klub peserta J2, di bawah J-League.

Arhan sudah menjalani satu musim bersama , meski jarang diturunkan dan tersiar kabar, Arhan tidak betah dan ingin pindah, nyatanya Arhan masih bertahan. Setidaknya sampai saat ini. 

Di klub sebelumnya, PSIS Semarang, Arhan merupakan Golden Boy. Dia begitu dicintai klub dan suporter. Bagi sebagian orang, untuk apa mencari tantangan baru bila hidup sudah nyaman seperti itu. 

Dan kemarin, dalam laga uji coba melawan Kashima Antlers, Arhan diturunkan.

Arhan memanglah bukan pemain Indonesia pertama yang merasakan kompetisi di negara asal grup idola AKB48 tersebut.

Ricky Yacobi adalah ekspor Indonesia ke Jepang selain hasil tambang dan hasil laut. Ricky Yacobi saat itu dikontrak oleh klub asal Osaka, Matsushita FC. Klub milik Panasonic, raksasa elektronik yang sekarang berganti nama menjadi Gamba Osaka pernah merasakan servis dari Ricky.

Sayangnya, Ricky Yacobi tidak mampu beradaptasi dengan cuaca dingin di sana. Ricky pun pulang setelah hanya tampil sebanyak 6 kali dan mencetak sebiji gol.

Selanjutnya ada dua pemain naturalisasi: Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly. Bachdim lebih dulu merasakan atmosfer kompetisi para samurai setelah resmi bergabung dengan Ventforet Kofu, klub peserta J-League.

Sementara Fano, membela Consadole Sapporo. Irfan kemudian bergabung dengan Consadole. Sayang, keduanya gagal bersaing dan berkembang di sana hingga akhirnya pulang.

Melihat kiprah 3 seniornya, ada sedikit keraguan akankah Arhan dapat berkembang di sana. Tapi keputusan berani Arhan untuk keluar dari zona nyaman demi perkembangan diri, bisa menjadi motivasi Arhan untuk lebih bersemangat bersaing di sana. Apalagi usianya masih 21 tahun. Jalan Arhan masih panjang. 

Selamat berjuang, Arhan!