Sepakan

Politik dan Keamanan Lebih Buruk, Tapi MALI Jauh Lebih Baik Dari INDONESIA Dalam SEPAK BOLA

639
Timnas Mali U-17
Dok FIFA

Meski masih ada pemain hebat lainnya seperti Seydou Keita yang cemerlang bersama Barcelona yang tetap teguh membela Timnas , tetap tidak menjadi jaminan bagi Hamidou Makalou dan yang lainnya untuk tetap bertahan.

Dan generasi emas yang digadang-gadang akan menjadi tulang punggung Timnas Mali hanya tinggal kenangan.

Itu kasus di Mali. Bagaimana dengan di Indonesia?

Keadaan Indonesia, meskipun seperti ini, jelas masih lebih baik dibandingkan dengan Mali. Soal sarana dan prasarana pun jelas lebih baik. Tapi soal sepak bola, Indonesia jauh lebih buruk dari situasi politik dan keamanan di Mali.

Jumlah nyawa yang meregang pada peristiwa pembantaian di Kanjuruhan tahun 2022 silam hampir setara dengan jumlah korban tewas pada konflik di Mali sepanjang tahun 2020.

Dan lupakan dulu soal prestasi. masih belum keluar dari bayang-bayang kejayaan masa lalu. 

Generasi emas? Kita tentu tidak akan lupa bagaimana ambisiusnya proyek PSSI Primavera dan SAD Uruguay. Tapi masih urung membawa prestasi. 

Yang paling spektakuler gagalnya tentu saja skuat yang berhasil membawa Indonesia memenangkan kejuaraan AFF U-19 di Sidoarjo pada 2013 silam. Ironisnya, justru pemain yang duduk dibangku cadangan yang karirnya lumayan panjang.

Godaan untuk pindah kewarganegaraan nihil terjadi bagi pemain Timnas kategori umur, walau mungkin suatu waktu hal ini bisa saja terjadi pada Welber Jardim atau Amar Brkic. Itupun kalau mereka bisa meningkatkan level permainan mereka.

Dan soal peringkat FIFA antara Mali dengan Timnas Indonesia, Mali saat ini masih bertengger di peringkat ke-51. Sementara Timnas Indonesia masih betah berada di peringkat ke-146. Bahkan peringkat ke-146 ini masih di bawah peringkat terendah Mali, 117.

Apa perlu Indonesia ini harus mengalami konflik bersenjata dulu agar sepak bolanya lebih baik?

Amit-amit.

Exit mobile version