Sulit rasanya mencari bibit-bibit unggul jika hanya mengandalkan kompetisi EPA Liga 1 yang bahkan hanya berjalan sebentar.
Ujung-ujungnya, kembali lagi PSSI mengandalkan pemain muda binaan klub. Dan ujung-ujungnya sudah bisa ditebak: terjadi lagi konflik antara klub dengan Timnas.
Apalagi Indonesia memiliki bentang alam yang luas. Tak mungkin jika hanya mengandalkan tim scouting Timnas U-16 dan U-16. Bahkan tim scouting dari klub Liga 1 dan Liga 2 pun tidak akan sanggup tanpa adanya kompetisi muda amatir yang dikelola dengan baik.
Dan dari Piala Soeratin ini justru lahir nama-nama hebat dalam kancah sepakbola Indonesia. Sejak digelar tahun 1965, muncul nama-nama seperti Ronny Pasla, Robby Darwis, Ricky Yacobi, Gunawan Dwi Cahyo, Febri Hariyadi, hingga Egy Maulana Vikri lahir dari rahim Piala Soeratin.
Mungkin PSSI sekarang ini lebih tertarik mendatangkan negara-negara hebat dengan pemain hebat yang kemudian akan memberikan coaching clinic bagi pemain muda dengan jangka waktu sebentar.