Sekembalinya dari skorsing, Nadeo langsung mencatatkan dua kali clean sheet. Namun di dua laga selanjutnya sebelum dipanggil Timnas, Nadeo kebobolan 4 gol. Bali United kalah di dua pertandingan tersebut.
Jika dilihat dari musim 2021-2022, catatan clean sheet Nadeo tergolong bagus. Dari 17 penampilan, dia mencatatkan 10 kali clean sheet dengan persentase 58.8%.
Meski kalah dari Adi Satryo yang saat itu membela PSS Sleman dengan persentase 62.5%, tapi bisa dibilang musim tersebut adalah musim terbaik bagi Nadeo.
Permasalahan di Bali United bukan karena Nadeo saja. Lini belakang Bali United saat ini bisa dibilang keropos. Sampai saat ini gawang Bali United telah koyak sebanyak 39 kali.
Tertinggi di antara semua tim yang ada di 5 besar klasemen. Bahkan Persik Kediri yang saat ini ada di peringkat 16, ‘baru' kebobolan 40 gol.
Namun, jika anda adalah kiper utama di tim mapan juara bertahan, selain itu punya label sebagai ‘kiper timnas' sudah tentu hal ini menjadi sorotan.
Publik menilai dari sikap dan gestur Nadeo yang jika gawangnya bobol atau terancam, selalu marah dan menyalahkan pemain belakang. Ini juga tidak hanya terjadi di klub tapi di timnas.
Mungkin memang Nadeo bukan tipe commanding goalkeeper yang mahir mengatur lini pertahanan. Namun lebih cenderung ke shot-stopper. Publik tentu ingat bagaimana hebatnya refleks Ferry Rotinsulu, tapi sangat buruk dalam mengatur lini pertahanan.
Sebenarnya skill ini bisa terasah seiring pengalaman jam terbang. Ingat, kiper adalah anomali dalam sepakbola. Makin tua, malah makin jago. Iker Casillas, Gianluigi Buffon, Edwin van der Sar, atau Manuel Neuer adalah pengecualian.
Jadi tak perlu terburu-buru untuk mencari pengganti Nadeo di klub maupun timnas. Meski saat ini kontrak Nadeo akan habis pada akhir musim, keputusan manajemen seandainya memperpanjang kontraknya bisa dibilang keputusan bijaksana.
Namun, jika memang dirasa tak mampu berkembang lagi di Bali United, mencari pengalaman di tempat lain bisa menjadi opsi yang tepat.