Ada juga Andik Vermansyah. Di depan, Patrich Wanggai dan Titus Bonai siap memberi ancaman. Di bangku cadangan, selain Andritany, masih ada nama seperti Ramdani Lestaluhu serta Ferdinan Sinaga.
Timnas U-23 memulai kampanye di SEA Games 2011 dengan mengalahkan Kamboja 6-0. Selanjutnya, Singapura ditaklukan dengan skor 2-0. Thailand pun bisa dibuat bertekuk lutut dengan skor 3-1. Timnas U-23 hanya kalah 0-1 dari Malaysia.
Di semifinal, Timnas U-23 jumpa kekuatan besar Asia Tenggara, Vietnam. Dua gol cukup mengantarkan Timnas U-23 ke laga puncak. Lawannya? Malaysia.
Optimisme melambung tinggi meski di fase grup, Malaysia berhasil mengalahkan Timnas U-23 dengan skor tipis 1-0. Ditambah, Timnas U-23 bertekad untuk membalaskan dendam kekalahan pada final Piala AFF setahun lalu.
Benar saja, Timnas U-23 berhasil unggul lebih dulu lewat sundulan Gunawan Dwi Cahyo pada awal babak pertama. Sayangnya, Malaysia berhasil membalas lewat gol Asraruddin Putra Omar.
Laga berlangsung sengit. Sayangnya Timnas U-23 tidak mampu menandingi keperkasaan Khairul Fahmi di bawah mistar Malaysia. Laga dilanjutkan ke perpanjangan waktu.
Sorakan suporter membaha saat Ferdinan Sinaga berhasil menjebol gawang Khairul Fahmi. Ferdinan Sinaga berselebrasi dengan memanjatkan doa. Sayangnya gol dianulir karena offside. Laga berlanjut ke adu penalti.
Keperkasan Khairul Fahmi berlanjut. Dan sialnya, justru Gunawan Dwi Cahyo dan Ferdinan Sinaga yang gagal melaksanakan tugasnya dengan baik.
Malaysia kembali berpesta, Indonesia kembali merana. Rumput GBK ternoda lagi. Bahkan, kesedihan malam laga final tersebut makin lengkap dengan tewasnya dua suporter Timnas dalam keributan saat berdesakan masuk ke dalam stadion.
Kini sudah 11 tahun peristiwa pahit tersebut berlalu. Para penggawa yang tersisa sudah melewati masa emasnya.
Bahkan ada yang terpaksa pensiun dini seperti Yongki Aribowo. Okto Maniani yang digadang akan menjadi bintang masa depan Timnas, hilang kabarnya entah kemana.
Mungkinkah pada SEA Games 2023 kali ini adalah waktunya bagi Indonesia?