TIMNAS.CO – Kompetisi sepakbola Belgia mungkin memang kurang populer bagi kalangan pecinta sepakbola di Asia, khususnya Indonesia.
Padahal, negara monarki konstitusional yang membagi negaranya menjadi 3 negara itu punya sejarah sepakbola yang panjang. Timnas Belgia adalah satu kekuatan Eropa.
Tapi apa daya, penikmat sepakbola di Asia lebih sering menyaksikan klub Belgia berlaga di kompetisi antar klub benua biru ketimbang kompetisi domestik.
Itupun biasanya, klub-klub Belgia lebih sering menjadi bulan-bulanan klub Eropa lain.
Meski demikian, gaya main Belgia yang kental dengan taktik ala Eropa Daratan yang lebih mengedepankan teknik ketimbang fisik, dianggap sebagai langkah awal yang pas bagi pemain Asia yang ingin memulai perjalanan karir sepakbola di persada Eropa.
Jepang misalnya. Walau kurang mewah dibandingkan dengan kompetisi sepakbola Jerman, nyatanya Jepang menjadi negara pengekspor pemain terbanyak ketiga di kasta atas kompetisi sepakbola Belgia, di bawah Perancis.
Pemain Jepang dikenal taktis, disiplin tinggi, teknik yang mumpuni, dan bersedia ditempatkan dimanapun sesuai keinginan pelatih. Cocok dengan gaya main Belgia.
Kaoru Mitoma, winger yang sedang naik daun bersama Brighton & Hove Albion, adalah hasil didikan dari kompetisi sepakbola Belgia. Mitoma pernah memperkuat Union Saint-Gilloise.
Kompatriot Mitoma di Timnas Jepang, Junya Ito, bahkan pernah menyabet penghargaan sebagai pemain terbaik Belgian Pro League, kasta tertinggi kompetisi sepakbola Belgia musim 2020-2021 saat memperkuat Genk.
Marselino Ferdinand mungkin tidak setenar Mitoma atau Ito. Dia pun hanya direkrut oleh KMSK Deinze, klub peserta kasta kedua kompetisi Belgia.
Walau ada nada minor terkait kepindahannya ke Belgia, dan mengingat bagaimana kiprah Syamsir Alam, Alfin Tuasalamony, Yandi Sofyan, dan Yericho Christiantoko yang hancur lebur saat memperkuat CS Vise yang juga berlaga di Divisi Dua Belgia.
Nasib pemain tersebut nyaris seperti CS Vise yang sekarang hanya tinggal nama saja.
Namun ada rasa optimis. Mengingat Marselino direkrut atas dasar kebutuhan tim. Bukan proyek ambisius pemilik klub. Ataupun hanya sekedar penglaris penjualan jersi klub di Indonesia.
Marselino punya teknik yang tinggi. Kecepatan, dribble, dan visi bermainnya bahkan dipuji oleh media luar negeri.
Kepindahannya ke Eropa cukup disambut meriah oleh penggemar sepakbola Indonesia mengingat kompetisi lokal yang sedang carut marut. Sayang rasanya jika Marselino hanya menghabiskan waktu di Indonesia.
Menyusul Ilhan Fandi, bintang muda Singapura yang lebih dulu bergabung bersama Deinze, Marselino sangat diharapkan mengasah kemampuannya di Belgia.
Iklim yang kompetitif dan disiplin, diharapkan dapat memoles sinar Marselino. Jalan terjal sudah menanti di depan mata. Cuaca, bahasa, makanan, kultur budaya, terlebih lagi jauh dari rumah, sangat bisa menjadi penghalang bagi perkembangan Marselino.
Marselino harus membuktikan dia pantas bermain di Eropa, membungkam suara sumbang yang menyayangkan kepindahannya ke Eropa, alih-alih ke negara Asia lain seperti Korea, Jepang, Thailand, atau Malaysia.
Marselino adalah sinar cerah bagi sepakbola Indonesia yang selalu dinaungi temaram malam. Marselino bagaikan sinar fajar, meski sebelum fajar, didahului dulu gelap yang paling pekat. Mari berharap kiprah Marselino di Belgia lebih baik dari para seniornya.