Sepakan

Kojiro Hyuga vs Tsubasa Ozora di Manahan Solo

96
tusbatsa manahan solo

TIMNAS.CO – Ada satu pemain favorit saya. Namanya Shinji Ono. Dari namanya mungkin sudah ketahuan dia berasal dari Jepang. 

Shinji Ono berposisi sebagai gelandang serang. Dan bisa dibilang, gaya bermainnya mirip dengan tokoh anime Tsubasa Ozora. 

Shinji Ono adalah tokoh sentral dibalik suksesnya Feyenoord meraih juara Europa League yang saat itu masih bernama UEFA Cup pada musim 2001-2002. Sayang, cedera membuat karirnya terhambat dan Shinji Ono memilih pulang ke klub lamanya, Urawa Reds Diamond dan di klub yang bermarkas di prefektur Saitama itu, Shinji Ono kembali menemukan tajinya kembali.

Dan saya bermimpi untuk dapat melihat aksinya secara langsung. 

Urawa mendapat undian satu grup dengan Persik Kediri pada perhelatan Liga Champions Asia 2007, dan saat itu Persik tidak dapat melangsungkan pertandingan kandangnya di Stadion Brawijaya karena belum memenuhi standar AFC. Dan Persik pun memilih Stadion Manahan di Solo sebagai kandangnya, saya bersorak gembira. Mimpi saya melihat penampilan Shinji Ono segera terwujud.

Sebelum bersua dengan Urawa, Persik pada dua laga awal tampil trengginas di Manahan. Sydney FC dilibas 2-1. Menyusul kemudian Shanghai Shenhua yang menjadi keganasan Persik dengan skor 1-0.

Persik saat itu bukan tim sembarangan. Isi skuat mereka bukan pemain kacangan. Ada Kurnia Sandy di bawah mistar. Lalu ada Erol Iba dan Aris Indarto di belakang. Dan yang paling menakutkan tentu saja trio Ronald Fagundes, Danilo Fernando, dan Christian Gonzales yang kelak dinaturalisasi. Dan masih ada Budi Sudarsono sebagai tambahan amunisi.

Tapi, yang menjadi bintang pada laga Persik melawan Urawa di Manahan itu adalah Harianto, gelandang bertahan mereka.

Sepanjang jalannya pertandingan, Harianto sangat disiplin menjaga tiap gerakan Shinji Ono. Di mana ada Shinji Ono, di situ ada Harianto yang terus mengintai. Gerakan Harianto yang tanpa kompromi benar-benar membuat Shinji Ono tak berkutik. Hasilnya pergerakan bola Urawa tidak berjalan lancar.

Shinji Ono memang berhasil membawa Urawa unggul 1-0 lewat titik putih setelah barisan belakang Persik melakukan kesalahan. Dan Shinji Ono sebenarnya mampu menggandakan keunggulan Urawa andai saja gol-nya tidak dianulir karena offside

Persik berhasil unggul 2-1 pada babak pertama lewat dua gol  El Loco Gonzales. Asa untuk lolos dari fase grup terbuka. 

Di babak kedua, Harianto tetap gigih mengikuti kemana pergerakan Shinji Ono. Bagi saya, melihat duel mereka, seperti melihat duel antara Tsubasa Ozora dan Kojiro Hyuga. Gaya main Harianto saat itu benar-benar mirip dengan rival abadi Tsubasa itu. Keras tanpa kompromi. Sayangnya Harianto tidak menggulung lengan jersinya. Mungkin untuk hal itu Harianto harus belajar dari Marwal Iskandar.

Urawa berhasil unggul 2-3 pada babak kedua gol Robson Fonte dan Yuki Abe. Kedua gol tersebut tercipta dari sundulan yang berawal dari umpan silang. Persik akhirnya dapat menyamakan kedudukan di akhir laga lewat gol dari Budi Sudarsono. 

Persik memang gagal lolos dari fase grup setelah hanya menempati peringkat ketiga grup karena kalah di semua laga kandang. Tapi penampilan Persik di perhelatan Liga Champions Asia 2007 itu patut diacungi dua jempol. 

Dan duel antara Harianto dan Shinji Ono akan terus membekas di ingatan saya dan publik sepakbola yang menyaksikannya. 

Exit mobile version