“Hunian ekslusif di selatan Jakarta”
“Hanya 10 Menit dari pintu tol”
Adalah beberapa jargon iklan hunian yang sering saya lihat di kawasan sekitaran Jakarta. Terdengar menarik, namun kebanyakan tidak seindah yang tertulis di iklan.
Dulu tahun 70-an, Pemerintah Kota Jakarta merencanakan Kebayoran Baru di selatan Jakarta sebagai kawasan permukiman bagi warga berpenghasilan rendah.
Sayangnya pembangunan Kebayoran Baru tidak diimbangi dengan akses transportasi yang memadai. Alih-alih untuk masyarakat menengah ke bawah, Kebayoran Baru malah kemudian jadi kawasan elit Jakarta.
Saat Jakarta International Stadium (JIS) diresmikan pada 2022 kemarin, publik terkesima dengan betapa megah dan canggihnya stadion baru itu. Namun, belum sampai setahun, JIS sudah mendapatkan sorotan tajam.
Pada tanggal 4 Februari kemarin, warga banyak yang mengeluhkan betapa sulitnya akses ke sana. Belum lagi masalah parkir yang tidak memadai. Terjadi chaos.
Memang, 4 Februari di JIS sedang tidak dilangsungkan pertandingan sepakbola, tapi konser band Dewa 19. Meski demikian, tetap saja menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk menyediakan akses transportasi yang layak bagi warga yang ingin menikmati megahnya JIS.
JIS sendiri memang dibangun di wilayah yang cukup jauh dari pusat kota. Het einde van de wereld kalau kata orang Belanda. Atau meminjam istilah orang Betawi: “tempat jin buang anak”.
Stasiun kereta paling dekat JIS adalah Stasiun Ancol dan Stasiun Tanjung Priok. Itupun jika ingin lanjut ke JIS, jalannya cukup jauh. Belum lagi dengan jalan di sekitaran JIS.
Banyak warga yang mengeluhkan jalan yang rusak dan berlubang. Dan lebih parah lagi, banyak yang menunggangi masalah ini dengan isu politik.
Biar bagaimanapun, akses yang baik dan mudah adalah hak warga. Tengok saja Stadion Utama GBK. Mau naik Trans Jakarta, ada. MRT, ada. Stasiun kereta juga dekat dan mudah diakses.
Walaupun memang masih banyak pekerjaan rumah karena tiap ada perhelatan, jalan sekitar yang biasanya saja sudah macet jadi makin macet.
