Sepakan

Indonesia dan Libya: Terhubung Despot dan Sepak Bola

802
×

Indonesia dan Libya: Terhubung Despot dan Sepak Bola

Sebarkan artikel ini
Indonesia dan Libya
Dok PSSI

Uniknya, anak-anak dari kedua despot beda benua yang membenci sepak bola tersebut justru terlibat dalam sepak bola.

Sigid Hardjojudanto, putra kedua Pak Harto dengan Ibu Tien adalah pemilik klub Galamata, Arseto FC.

Konon nama Arseto sendiri adalah akronim dari Ari Sigit Soeharto yang mana daripada adalah anak Sigit alias daripada cucu Pak Harto.

Arseto FC kemudian menjadi klub Galatama yang disegani. Dengan dana tanpa batas, mereka bisa dengan mudah mendapatkan pemain-pemain berkualitas.

Meski anak-anak Pak Harto suka merecoki hajat hidup orang banyak dengan mendirikan banyak perusahaan dan aset-aset dengan mudah karena daripada pengaruh ayahnya, setidaknya mereka tidak merecoki urusan sepak bola meski tersiar kabar jika Arseto FC melakukan beberapa pelanggaran seperti penyuapan wasit dan pengaturan skor. 

Beda dengan Al-Saadi Muammar Gaddafi, putra Moammar Gaddafi. Selain punya posisi penting di militer, Al-Saadi juga punya banyak aset penting. Bahkan klub malam yang menyediakan penari striptease di Kanada.

Tidak cukup hanya disitu, Al-Saadi terjun sebagai pesepakbola profesional dengan posisi sebagai penyerang. 

Masih belum cukup, Al-Saadi menunjuk dirinya sendiri sebagai kapten Timnas Libya sekaligus Presiden Asosiasi Sepak Bola Libya (LFF).

Konon kabarnya, Al-Saadi “membayar” sendiri jalannya sewaktu bergabung dengan klub Serie A, Perugia pada tahun 2003. 

Kini, Libya khususnya Timnas Libya yang sudah lepas dari cengkreman Gaddafi mulai berbenah. Kondisi internal negara masih belum stabil. Namun sepak bola mereka sebenarnya sedang menuju ke arah positif.

Tahun 2012 atau hanya setahun setelah rezim Gaddafi hancur, Timnas Libya berhasil meraih peringkat 36 FIFA. Tertinggi sepanjang sejarah mereka. 

Dan uniknya lagi, Timnas Indonesia sendiri berhasil meraih peringkat tertinggi FIFA pada September 1998. Hanya beberapa bulan setelah Pak Harto lengser keprabon. Waktu itu Timnas Indonesia berhasil duduk di peringkat ke-76.

Itulah kisah dua negara yang pernah dalam cengkraman despot, dan punya beberapa kesamaan dalam sepak bola.