Sepakan

Final Perserikatan 1983 dan 1985: Dua Laga yang Lebih Meriah dari Super Bowl

113
×

Final Perserikatan 1983 dan 1985: Dua Laga yang Lebih Meriah dari Super Bowl

Sebarkan artikel ini
super bowl vs final perserikatan 1985
instagram/lasuperbowl

TIMNAS.CO – Amerika Serikat adalah negara adidaya. Fakta. Amerika Serikat punya kekuatan militer terbesar di dunia. Fakta. Amerika Serikat punya sumber daya alam yang melimpah. Juga fakta. Amerika Serikat adalah kiblat industri hiburan. Masih fakta.

Super Bowl lebih baik dari Piala Dunia? Tunggu dulu.

Tanggal 12 Februari 2023 kemarin, berlangsung Super Bowl LVII. Super Bowl sendiri adalah pertandingan olahraga American Football yang menentukan siapa yang akan menjadi juara National Football League.

Pada Super Bowl LVII ini, mempertemukan antara tim juara American Football Conference (AFC) yang diwakili oleh Kansas City Chiefs melawan tim juara National Football Conference (NFC) yang diwakili oleh Philadelphia Eagles.

Pertandingannya sendiri dimenangkan oleh Kansas City Chiefs.

Warga Amerika Serikat banyak yang sesumbar, Super Bowl selalu lebih baik dan menarik dari Piala Dunia. Apalagi Super Bowl punya Halftime show yang menampilkan pertunjukan langsung dari penyanyi kelas dunia.

Dalam Super Bowl kali ini yang menjadi penampil adalah Rihanna. Pergelaran Super Bowl selalu disaksikan oleh jutaan pasang mata. Begitu kata mereka.

Saya sendiri bukan penganut paham “sepak bola lebih baik dari semua olahraga yang ada di bumi ini”, tapi jika warga AS bisa sesumbar soal Super Bowl ini, maka saya juga bisa.

Ajangnya adalah Final Perserikatan 1983 dan 1985 dengan Stadion Utama GBK (dulu masih Stadion Utama Senayan) sebagai panggungnya, dan mempertemukan dua tim yang sama: Persib Bandung dan PSMS Medan.

Dibanding Persija Jakarta, boleh dibilang adalah rival utama Persib. Jika panasnya laga Persib melawan Persija lebih karena suporter, maka laga Persib dengan PSMS benar-benar murni persaingan antar pemain di lapangan.

Pada final Perserikatan 1983, masyarakat tumpah ruah menyaksikan langsung pertandingan tersebut di Senayan. Ada sekitar 100.000 penonton yang hadir langsung. Pertandingan sendiri berjalan sengit. Namun sampai waktu normal pertandingan berakhir tanpa gol alias 0-0.

Pertandingan dilanjutkan dengan adu tendangan penalti. Kiper PSMS, Ponirin Meka, menobatkan dirinya sebagai kiper spesialis penalti. Ponirin Meka berhasil menepis 3 tendangan Persib yang dieksekusi oleh Wolter Sulu, Giantoro, dan bintang mereka Adjat Sudrajat.

Padahal dalam pertemuan Persib dengan PSMS sebelumnya, Adjat Sudrajat mampu dua kali menjebol gawang Ponirin. PSMS menang 3-2 dalam adu penalti ini dan dinobatkan sebagai juara Perserikatan 1983.

Persib dan PSMS kembali lagi harus berhadapan di partai puncak Perserikatan 1985. Kali ini penonton benar-benar membludak. Tercatat ada 150.000 penonton yang hadir menyaksikan pertandingan yang berlangsung pada 23 Februari 1985 tersebut.

Dalam final tahun 1985 tersebut, PSMS berhasil unggul 2-0 sebelum akhirnya Persib berhasil menyamakan kedudukan 2-2. Adu penalti harus terulang kembali untuk menentukan siapa yang menjadi juara.

Lagi-lagi Ponirin Meka menjadi pahlawan bagi PSMS. Eksekusi penalti Dede Iskandar, Robby Darwis, Iwan Sunarya, serta kapten Persib Adeng Hudaya berhasil dipatahkan oleh Ponirin. PSMS menang 2-1 dalam adu penalti.

Meski tak ada halftime show seperti Super Bowl, namun dua partai final Perserikatan tersebut mampu menyedot penonton.

Malah boleh dibilang, sebenarnya status kompetisi Perserikatan adalah kompetisi amatir! Bahkan jumlah penonton yang hadir di langsung melebihi jumlah penonton Super Bowl LVII kemarin yang ‘hanya' dihadiri oleh 67.827 penonton.

Dan dua partai final Perserikatan 1983 dan 1985 semakin harum karena tidak ada keributan antar penonton.

Memang seharusnya selalu begitu.