Sepakan

Duh! Sepakbola Indonesia dan Mimpi Piala Dunia U-20 yang Pupus

107
×

Duh! Sepakbola Indonesia dan Mimpi Piala Dunia U-20 yang Pupus

Sebarkan artikel ini
Sepakbola Indonesia dan Piala Dunia U-20
Skrinsut FIFA

Mungkin pembatalan Piala Dunia adalah pil pahit yang benar-benar harus ditelan. Saat ini fokus yang ada hanyalah berharap agar sepakbola Indonesia tidak mendapatkan sanksi berat dari .

Teringat penggalan lirik dari Homicide, band hip-hop asal Bandung:

“Lirikal neoliberal, yang memaksa indeks lirikmu turun drastis dan terlihat lebih dungu dari logika formal, terlalu tipikal dan masih jauh dibawah horizon minimal. Memiliki nasib yang sama dengan dalam kancah internasional”

Penggalan lirik dari lagu berjudul Semiotika Rajatega yang sebenarnya ditujukan bagi lawan dalam suatu rap battle dalam komunitas hiphop. Homicide secara metafora membandingkan kualitas lawan rap battle-nya dengan induk sepakbola nasional yang sedari dulu begitu-begitu saja namun bukan sepakbolanya secara keseluruhan.

Kemudian teringat lagi lirik penutup lagu berjudul “Lagunya Lagu Bola” milik band parodi Padhyangan Project yang juga dari Bandung:

“Mungkin aje. Pemain Kite. Pergi Ke Sane. Ke Pentas Dunie. Setidaknye. Kirim Dute. Ketua-nya Aje”

Lirik penutup dari lagu yang merupakan parodi dari lagu tema Piala Dunia 1998 milik Ricky Martin tersebut menyindir bagaimana kinerja ketua induk organisasi sepakbola Indonesia sejak dulu. Lagu parodi tersebut juga menyindir bagaimana sepakbola harus terhenti karena krisis ekonomi pada 1997-1998. Juga menyindir tentang Indonesia yang selalu bermimpi mentas di Piala Dunia.

Dan lirik tadi masih ada lanjutannya:

“Duh Amit-amit”

Ya, Padhyangan Project turut mewakili bagaimana perasaan penggila sepakbola di tanah air yang hanya melihat para petinggi hanya wara-wiri, tiba-tiba ada di perhelatan sepakbola dunia tanpa membawa dampak positif bagi sepakbola Indonesia itu sendiri.