Angka adalah suatu anomali. Jika banyak angka dideretkan dengan uang, maka angka sangat berarti. Makanya sering ada istilah “astronomical”. Maksudnya makin banyak angka uang, makin sama dengan satuan astronomi yang berjuta-juta atau bahkan milyaran. Dan siapa yang bisa menolaknya
Namun, jika angka dikaitkan dengan umur seseorang, makin banyak dan besar angkanya maka makin enggan orang untuk menerimanya.
Dan untuk seorang pemain sepakbola yang berposisi sebagai striker, angka yang bersisian dengan gol adalah indikator kehebatan. Makin banyak angka gol, maka sudah pasti makin hebat.
Namun layaknya manusia, pemain sepakbola juga takut dengan angka umur yang bertambah. Apalagi pesepakbola punya limit umur. Memasuki umur 30 bagaikan bersiap memasuki masa pensiun.
Namun hal itu tak begitu terlalu dipusingkan oleh Alberto Goncalves da Costa atau yang biasa dikenal dengan Beto. Mantan penyerang Timnas yang lahir di Brasil ini nampak masih segar.
Beto pertama kali datang ke Indonesia dan kebetulan lewat di depan Stadion Utama Gelora Bung Karno. Beto terkagum dengan kemegahan stadion kebangaan rakyat Indonesia itu dan ingin sekali merasakan bermain di sana.
Dan siapa sangka Beto akhirnya benar-benar dapat merasakan betapa sakralnya stadion tersebut saat berseragam Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2018 saat Timnas bertemu Timor Leste. Timnas menang 3-1 dan Beto mencetak satu gol dalam laga tersebut.
Dan pada pekan ke-31 kemarin,golnya ke gawang Bali United bukan hanya menyelamatkan timnya, Madura United dari kekalahan. Namun juga menggenapkan jumlah golnya menjadi 10 pada musim ini dan bisa bertambah lagi. Dan umur Beto saat ini 42 tahun.
Beto memang tidak lagi seganas dulu. Pada masa emasnya, dia bisa dengan enteng mem-bully bek lawan. Badannya yang gempal nyaris seperti tank. Insting mencetak golnya tajam.
Saat ini Beto lebih mengandalkan pengalamannya dalam membongkar dan mencari celah. Seperti saat golnya melawan PSS Sleman. Beto dengan cerdik memanfaatkan jebakan offside para pemain belakang PSS Sleman yang gagal.