Sepakan

Ada Sedikit Romantisme Di Balik Naturalisasi Pemain

7061
×

Ada Sedikit Romantisme Di Balik Naturalisasi Pemain

Sebarkan artikel ini
Naturalisasi Pemain

Geef mij maar nasi goreng

Met een gebakken ei

Wat sambal en wat kroepoek 

En een goed glas bier erbij

Lagu berbahasa Belanda tersebut adalah ungkapan kerinduan seorang Wieteke van Dort. Wanita Belanda totok ini lahir di Surabaya pada tahun 1943 dan menetap di Kota Pahlawan tersebut hingga berumur 14 tahun.

Sayangnya, konflik Indonesia dengan Belanda mengenai sengketa Irian Barat membuat wanita yang akrab dipanggil Tante Lien tersebut harus segera angkat kaki dari Surabaya pada tahun 1957. Atau bahasa halusnya adalah “Repatriasi”.

Ilustrasi belanda dan indonesia

Wieteke bersama keluarganya akhirnya menetap di Den Haag. Hingga saat ini. 

Namun bagi Wieteke, Negeri Kincir Angin yang tersohor akan keindahannya tersebut tidak membuat dirinya betah. Baginya, Indonesia adalah tanah airnya. Dan terciptalah lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng tersebut.

Wieteke tidak sendiri. Banyak orang Belanda yang lahir dan besar di Indonesia merasakan hal yang sama. Belanda bukanlah tanah air mereka. Mereka sudah terlanjur cinta dengan Indonesia tanpa ada prasangka jika tanah kelahirannya tersebut adalah bekas jajahan mereka. 

Bagi mereka, Belanda begitu dingin. Baik iklim maupun kehidupannya. Sebagian memutuskan pindah ke daerah yang lebih hangat. Spanyol atau Los Angeles di Amerika Serikat menjadi pilihan. Sebagian lagi memutuskan untuk tetap bertahan di Belanda.

Karena memang kebanyakan dari orang-orang Belanda yang mengalami repatriasi tersebut bukanlah dari golongan mampu. Dan karena hal tersebut jugalah sebagian masyarakat Belanda menganggap mereka hanya menambah beban masalah.

Bayangkan, para kaum Belanda yang mengalami repatriasi ini harus mengalami kekejaman Jepang sewaktu masih di Indonesia. Dan ketika mereka mulai bisa membaur dengan warga pribumi, muncul lagi masalah. 

Tapi sekali lagi, mereka tidak pernah menyimpan dendam terhadap Indonesia.

Perasaan itulah yang mungkin ada di benak orang tua para saat ini. Mereka ingin agar keturunan mereka bisa membela tanah tempat kelahiran mereka. Tanah penuh kehangatan yang selalu mereka rindukan.