Sepakan

7 Kiper Terbaik Indonesia Sepanjang Sejarah

90
×

7 Kiper Terbaik Indonesia Sepanjang Sejarah

Sebarkan artikel ini
Kiper terbaik indonesia sepanjang sejarah

TIMNAS.CO – Saat saya kecil dulu, biasanya ketika main bola, anak yang paling tidak bisa main yang mendapat tugas mulia menjaga gawang. Alias jadi kiper. Saya termasuk golongan itu.

Padahal menjadi kiper bukanlah tugas yang gampang. Selain harus punya reflek yang bagus, kiper juga harus bisa mengatur lini pertahanan.

Kiper harus bisa membaca arah serangan yang datang ke gawangnya. Karena posisi kiper yang strategis, serangan lawan yang datang terlihat jelas. Kiper dapat memerintahkan pemain di depannya untuk kemana dia bergerak dalam rangka mencegah serangan datang ke gawang.

Belum lagi kiper lebih beresiko menerima benturan. Maka, sedikit saja pelanggaran pada kiper, bisa menghasilkan kartu.

Serta di era sepakbola modern ini, kiper dituntut untuk bisa build up serangan dari belakang. Dan yang terakhir, kiper harus pakai sarung tangan.

Bayangkan jika tiba-tiba hidung mendadak gatal. Mau garuk susah pakai sarung tangan. Mau dilepas juga bagaimana jika ada serangan datang. Maka terkutuklah mereka yang menganggap kiper itu pekerjaan sepele.

Dalam sejarah panjang sepakbola Indonesia, sudah banyak sekali kiper-kiper yang dilahirkan. Dari banyaknya kiper yang ada, saya mencoba membuat daftar kiper terbaik Indonesia sepanjang sejarah. Tapi saya tidak akan memberi peringkat karena bagi saya semua adalah yang terbaik. 

Choirul Huda

Tak ada yang abadi. Apalagi di Liga Indonesia di mana seorang pemain hanya bertahan satu musim saja di klub. Choirul Huda adalah kasus langka. Sepanjang karirnya, Choirul Huda hanya pernah membela satu klub yang sangat dia cintai: Persela Lamongan.

Choirul adalah kiper tangguh. Panggilan Timnas Indonesia pun datang berkali-kali. Sayang dia tidak pernah dapat kesempatan.

Banyak klub papan atas coba mendapatkan jasanya. Choirul Huda bisa saja pindah ke klub lain yang punya kans besar untuk jadi juara. Namun hatinya hanya untuk Persela. Bahkan Choirul Huda meninggal ketika sedang membela Persela. Al Fatihah.

Kurnia Sandy

Kisah Kurnia Sandy menggagalkan penalti Del Piero adalah semacam urban legend bagi anak SD tahun 90-an. Padahal hal tersebut tidak pernah terjadi.

Kurnia Sandy adalah produk binaan Primavera. Dia menjadi kiper ke-4 klub Serie A Italia, Sampdoria.

Sebagai kiper, Kurnia Sandy punya nyali besar dalam menghentikan bola. Karena aksinya ini, Kurnia Sandy sering mendapatkan cedera. Yang paling diingat adalah ketika dia mengalami patah tulang hidung saat berdinas di ajang Piala Asia 1996.

Selain nyalinya yang besar, Kurnia Sandy juga terbukti piawai dalam menahan tendangan penalti. Sejumlah klub besar Indonesia pernah dibelanya. Mulai dari skuat mewah Pelita Jaya, Persebaya, Persik, dan Arema.

Ponirin Meka

Ponirin Meka adalah pahlawan PSMS ketika menjuarai Perserikatan tahun 1983 dan 1985. Keduanya dimenangkan PSMS lewat adu penalti melawan musuh yang sama yakni Persib.

Ponirin lihai dalam membaca arah bola. Refleknya pun tak main-main. Ponirin adalah bagian dari skuat Garuda di Asian Games 1986 yang dihelat di Seoul, Korea Selatan.

Ponirin berperan besar mengantarkan Garuda terbang ke semifinal setelah di babak perempat final menang adu penalti atas Uni Emirat Arab.

Setahun kemudian tepatnya pada ajang Sea Games 1987, Ponirin Meka akhirnya membawa Garuda terbang tinggi setelah berhasil membawa Indonesia meraih medali emas.

Usai gantung sarung tangan, Ponirin memilih untuk menjauh dari sepakbola dan memilih jadi peternak lele. 

Eddy Harto

Sea Games 1991 di Manila adalah ajang pembuktian bagi Eddy Harto sebagai kiper terbaik Indonesia pada saat itu.

Dua kali Indonesia harus menghadapi babak penalti, yakni di babak semi final melawan Singapura dan di babak final melawan Thailand.

Tugas menjaga gawang Indonesia dilakukan Eddy Harto dengan sangat baik. Indonesia menjadi juara Sea Games 1991 dan menjadi gelar terakhir Indonesia sampai saat ini.

Memulai karir di PSMS junior, Eddy Harto sempat membela dua tim elit Galatama: Arseto Solo dan Krama Yudha Tiga Berlian.

Eddy Harto juga pernah menjadi pelatih kiper Timnas pada Piala AFF 2014.

Ronny Pasla

Pele? Sepele

Jika saat itu saya adalah Ronny Pasla, kata itulah yang akan saya ucapkan ketika berhasil menggagalkan tendangan penalti Pele. Atau mungkin saya akan men-tweet kata tersebut pada akun twitter saya dan menjadi viral. Sayangnya pada tahun 1972 belum ada twitter. Dan saya bukan Ronny Pasla.

Saat itu timnas Brasil yang diperkuat Pele sedang menjalani tur Asia. Indonesia kalah 1-2 waktu itu.

Meski kalah, aksi Ronny Pasla akan selalu dikenang masyarakat yang menyaksikan langsung kejadian tersebut.

Ronny Pasla punya kelenturan tubuh yang luar biasa. Hasil dari menekuni olahraga tenis sejak masih kecil. Julukan Macan Tutul nampak sangat pas disematkan pada dirinya. 

Ronny Pasla adalah bagian dari skuat Timnas asuhan Endang Witarsa saat menjuarai Piala Aga Khan di Pakistan Timur (sekarang Bangladesh) dan Merdeka Games di tahun yang sama, 1967.

Maulwi Saelan

Maulwi Saelan adalah bagian dari skuat legendaris yang berisikan Ramang, Ramlan, Djamiat Dalhar, Kiat Sek.

Bersama Maulwi Saelan, Timnas Indonesia berhasil masuk empat besar Asian Games 1954 dan membawa Timnas meraih medali perunggu pada Asian Games 1958. 

Tapi yang paling diingat adalah aksinya saat menghadapi Uni Soviet pada Olimpiade 1956 di Melbourne.

Maulwi Saelan kemudian menjadi wakil komandan Resimen Tjakrabirawa dengan pangkat kolonel. 

Saat terjadi peristiwa 30 September 1965, Maulwi Saelan ikut ditangkap karena dituduh terlibat dalam peristiwa tersebut.

Tahun 1972, Maulwi dibebaskan dari tahanan. Namun hak-haknya sebagai tentara tidak pernah dibayarkan. Maulwi Saelan sempat kehilangan semangat hidup sampai akhirnya ulama Buya Hamka meminta Saelan untuk mengurus sekolah Buya Hamka yang baru dibuka di daerah Kebayoran Baru. 

Maladi

Dosa besar jika saya tidak mencantumkan nama Maladi dalam daftar ini. Maladi pernah memperkuat PSIM Yogyakarta dan Persebaya Surabaya.

Raden Mas Maladi, adalah salah satu tokoh terbentuknya PSSI dan memperjuangkannya agar setara dengan NIVU bentukan Belanda. Saat itu memang terjadi diskriminasi terhadap bond-bond bentukan pribumi. 

Maladi berposisi sebagai kiper. Dalam menjaga gawangnya, Maladi tak ragu untuk melakukan tindakan berbahaya. Nyali seorang pejuang kemerdekaan ada dalam dirinya.

Maladi selalu dipercaya mengisi posisi sebagai kiper tatkala PSSI berhadapan dengan tim dari luar negeri. Dan jika saja Maladi bukan bagian dari PSSI, Maladi bisa saja berangkat menuju Piala Dunia 1938. Maladi tidak dipanggil oleh NIVU karena saat itu organisasi yang diakui FIFA hanya NIVU.

Selain jago dalam menjaga gawang, Maladi juga mahir bermusik. Beberapa lagu gubahannya mengambil tema situasi perjuangan saat itu. Salah satu gubahannya yang terkenal adalah Di Bawah Sinar Bulan Purnama

Maladi juga pernah menjabat sebagai ketua PSSI, Menteri Penerangan, dan Menteri Olahraga.

Agustus 2003, Pemerintah Kota Solo mengubah nama Stadion Sriwedari menjadi Stadion R. Maladi.

Itulah daftar kiper terbaik Indonesia versi saya. Ada yang mau menambahkan?