Timnas.co – Kiper Maroko, Yassine Bounou tampil spartan di bawah mistar gawang Maroko pada pertandingan babak 16 besar melawan Spanyol dini hari tadi.
Yassine Bounou bahkan tak kebobolan meski duel berintensitas tinggi itu harus berakhir dengan adu penalti.
Bounu secara mengejutkan mampu menepis tiga penendang penalti Spanyol secara berturut-turut.
Hal itu membuat Spanyol gagal melaju ke babak selanjutnya karena kalah 3-0 di adu penalti.
Bounou pun dinobatkan sebagai Man of The Match (MOTM) dalam duel dua negara tetangga itu.
Profil dan karier Yassine Bounou
Yassine Bounou lahir pada tanggal 5 April 1991 di Montreal, Quebec, Kanada.
Sejak umur 8 tahun atau ia sudah bermain sepak bola di klub lokal Maroko bernama Wydad Casablanca junior.
Bounou dipromosikan ke tim inti pada tahun 2010.
Kegemilangan Bounou membawa karier sepak bolanya ke negara tetangga, Spanyol pada tahun 2012. Ia bergabung dengan Atletico Madrid B.
Dari Atletico Madrid B karier sepak bolanya makin melejit hingga tembus ke La Liga hingga sekarang.
Dua tahun di Atletico Madrid, pemain yang kini berusia 31 tahun ini kemudian dipinjamkan ke Real Zaragoza.
Dua tahun berikutnya lagi (2016), Bounou menandatangani kontrak berdurasi empat tahun bersama Girona. Namun, di sana ia justru dipinjamkan ke Sevilla di saat kontraknya masih tersisa satu tahun.
Namun, Sevilla justru tanpa ragu mematenkan Bounou pada tahun 2020 hingga saat ini.
Pemain yang akrab disapa Bono ini tercatat sudah mengoleksi 100 caps di Liga Spanyol bersama Girona dan Sevilla.
Dari cadangan jadi pahlawan
Sementara di Timnas Maroko, Bono sebenarnya sudah memulai debutnya pada tahun 2013 silam. Saat ini ia mengoleksi 48 caps di Timnas Maroko.
Piala Dunia 2022 menjadi penampilan kedua Bono di Timnas Maroko. Namun, di edisi sebelumnya (2018), Bono kalah pamor dari Mounir El Kajoui.
Pelatih Timnas Maroko saat itu yang kini menukangi Arab Saudi, Herve Renard lebih banyak memakir Bono di bangku cadangan.
Pilihan Renard saat itu seakan dijawab Bono dengan penampilan impresifnya tadi malam.
Bono yang datang dari bangku cadangan kini dianggap pahlawan karena sukses bawa Maroko tembus babak perempat final untuk pertama kalinya.