Sepanjang berseragam Argentina, Romero juga mencatatkan 47 Clean Sheet dari total 96 pertandingan.
Prestasi apik yang ditorehkan Romero bersama Timnas Argentina rupanya tak mampu ia tunjukkan kala bermain di klub. Sempat diboyong Manchester United pada 2015, ia hanya menjadi penghias bangku cadangan.
4. Eduardo Vargas, Chile
Menjadi top skor Copa Amerika 2015 dan 2016, adalah bukti Eduardo Vargas adalah striker papan atas dunia. Sayangnya, kegemilangan Vargas bersama Timnas Chile tak seperti ketika bermain di level klub.
Bersama Valencia di La Liga, dan Napoli di Serie A, bomber andalan Chile ini hanya menjadi striker cadangan.
3. Mario Yepes, Kolombia
Kapten Timbas Kolombia di Piala Dunia 2014 ini sangat jarang disorot media kala bermain untuk klub. Yepes memang pernah membela tim sebesar AC Milan pada musim 2010-2013. Namun lagi-lagi Yepes tak mampu bersaing dengan pemain bertahan Milan lainnya, dan paling banyak duduk di bangku cadangan.
Sebelumnya, ia memang pernah menjadi andalan Paris Saint-Germain (PSG) di musim 2004-2008. Akan tetapi saat itu PSG belum tergolong sebagai tim papan atas eropa seperti sekarang ini.
Padahal, selama berseragam Kolombia sejak 1999-2014, bek berpostur 186 cm ini tampil sangat baik, dan selalu menjadi andalan memimpin barisan pertahanan Los Cafeteros (julukan Kolombia). Bahkan ia mampu membawa Kolombia juara Copa Amerika 2001.
2. Lukas Podolski, Jerman
Pemain muda terbaik Piala Dunia 2006 ini sempat digadang-gadang bakal menjadi striker mematikan di daratan eropa. Bagaimana tidak, dengan tendangan kaki kirinya yang sangat berbahaya itu, menjadikan Jerman sebagai tim menakutkan selama gelaran piala dunia.
Kehebatan Podolski pun terus ia tunjukan bersama tim Panser Jerman kala bermain di Euro 2008 hingga Piala Dunia 2010 Afrika Selatan dan 2014 di Brazil. Alhasil, striker dengan nomor punggung 20 ini mencatatkan 49 gol selama 130 penampilan bersama Jerman.
Namun di level klub, penampilan Podolski tak sementereng kala berseragam Jerman. Pemain berdarah Polandia ini memang sempat bermain di klub papan atas Eropa seperti Bayern Munchen, Arsenal, hingga Inter Milan. Tapi Podolski tak mampu menunjukkan performa terbaiknya, dan hanya diplot menjadi ban serep di tiga klub besar tersebut.