Piala Dunia

Fakta Piala Dunia 2022 : Menang Ball Possession Sama Dengan Kalah

121
fakta piala dunia

TIMNAS.CO – Menarik melihat , Qatar, seakan menjadi milik tim dengan gaya sepak bola pragmatis. 

Hampir semua tim yang mendominasi pertandingan berakhir dengan kekalahan. Sebaliknya, tim yang bermain bertahan keluar sebagai pemenangnya.

Dari babak perempatfinal hingga semifinal, praktis hanya satu pertandingan yang dimenangkan oleh tim dengan Ball Possession yang juga unggul. 

Pertandingan itu terjadi di perempatfinal antara Kroasia vs Brasil. Kroasia yang menguasai laga keluar sebagai pemenang lewat drama adu penalti.

Itu pun Luka Modric dkk hanya unggul tipis dalam penguasaan bola, yakni 51 persen berbanding 49 persen.

Sisanya, semua pertandingan dimenangkan oleh tim yang kalah dalam penguasaan bola.

Bahkan di semifinal, Prancis yang menang 2-0 atas Maroko pun ternyata kalah dalam hal penguasaan bola.

Secara mengejutkan yang dikenal dengan permainan bertahan, malah mendominasi Prancis dengan keunggulan Ball Possession 62 persen berbanding 38 persen.

Sama halnya dengan Argentina. Meskipun Lionel Messi dkk menang telak 3-0 atas Kroasia di semifinal, namun lagi-lagi mereka kalah dalam Ball Possession, yakni 39 persen berbanding 61 persen.

Fenomena ini bahkan sudah terjadi sejak babak penyisihan grup. 

Argentina yang bermain sangat indah di laga perdana mereka dengan penguasaan bola yang tinggi, harus menanggung malu atas kekalahan dari Arab Saudi.

Demikian juga dengan Jerman yang kalah di laga perdana mereka melawan Jepang. Padahal Thomas Muller dkk saat itu sangat menguasai jalannya pertandingan.

Di awal fase gugur. Giliran Spanyol yang harus menelan pil pahit ini.

Ciri khas tiki-taka Spanyol mampu mengurung pertahanan Maroko sepanjang laga. Dengan perbandingan Ball Possession yang sangat jauh, yakni 77 persen dan 23 persen.

Tapi di akhir laga, malah Spanyol lah yang harus angkat koper dari Qatar.

Sepak bola indah dengan penguasaan bola yang tinggi nyatanya tak mampu bicara banyak di 2022, Qatar.

Setiap tim seakan hanya mengejar hasil akhir. Gaya sepak bola pragmatis ala Jose Mourinho menjadi pilihan para pelatih.

Exit mobile version